Rabu, 25 Juli 2012

Refleksi Kemerdekaan Negeri

Tidak terasa 66 tahun sudah bangsa Indonesia diizinkan Tuhan untuk ada dimuka bumi ini. Waktu yang panjang tentang perjalanan sebuah bangsa yang besar. Konon-dan memang sesungguhnya menjadi bangsa yang kaya dengan rempah-rempahnya sehingga dilirik dan diincar kekayaan alamnya oleh bangsa asing. Ada banyak proses yang dialami oleh para pahlawan kita dan diperjuangkan dengan segala daya untuk memperoleh kemerdekaan. Lihat saja, di seluruh wilayah Indonesia ada taman makam pahlawan yang menandakan bahwa semua daerah dari Sabang sampai Merauke saling bersatu hati untuk memperoleh kemer-dekaan. Kemerdekaan sebagai pribadi yang tidak ingin dijadikan budak di negeri sendiri dan diberikan hak-haknya sebagai manusia dan juga kemerdekaan sebagai bangsa untuk mengatur seluruh kedaulatan wilayahnya sendiri. Tentulah semua para pahlawan yang gugur mengharapkan suatu saat Indonesia akan berdiri menjadi bangsa yang akan damai sejahtera karena kekayaan alamnya yang begitu luar biasa jika dikelola dengan baik. Tentunya pengelolaan seluruh aset negara ini akan baik bila pemimpinnya juga berakhlak, berbudi pekerti serta bermartabat. Ternyata setelah 66 tahun Indonesia menjadi sebuah bangsa, apakah sungguh-sungguh merdeka? Lihat di sekeliling Anda dan Anda akan menemukan jawabannya. Negara Indonesia sudah tidak dijajah lagi oleh bangsa lain tapi sekarang mengalami penjajahan karakter. Karakter yang mau cari untung. Sehingga, banyak kawasan kumuh yang penduduknya mungkin bingung untuk mendefinisikan kemerdekaan itu. Kemerdekaan yang sesungguhnya juga harus mereka rasakan untuk men-dapatkan pendidikan, perumah-an, kesehatan yang layak yang telah diambil oleh para pemimpin bangsa yang tidak bertanggung jawab demi meraup keuntungan yang besar. Dosa ini telah merasuk seluruh sendi-sendi bangsa sehingga perlahan tapi pasti bangsa ini terus mengalamai masa-masa kebobrokan karena digerogoti dari dalam. Rapuh menjadi bangsa yang besar. Gereja dan umat Tuhan sibuk pula dengan aktivitas “ibadahnya” seakan-akan telah berada di sorga dan melupakan kewarganegaraannya di bumi. Sebagai anak Tuhan dan anak bangsa yang Tuhan “buang” ke Indonesia apakah yang telah diperbuat. Apakah gereja telah berperan serta menyatakan kebenaran di bangsa ini atau dininabobokan dengan ibadah-nya atau justru turut berperan serta menghasilkan pemimpin yang tidak bertanggung jawab. Yesaya 32:17 meng-ungkapkan bahwa dimana ada kebenaran disitu akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya. Gereja sebagai wujud representasi Allah di dunia ini seharusnya menghadirkan makna “syalom” di tengah kebobrokan bangsa bukan bungkam dengan kondisi yang ada. Gereja perlu untuk memikirkan perannya dengan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berani menyatakan kebenaran. Sebagai pelayanan yang juga Tuhan tempatkan di bangsa ini, Perkantas menjadi strategis dalam menghasilkan calon-calon pemimpin bangsa harus tetap mengerjakan visinya yang telah Tuhan berikan agar tercipta damai sejahtera di bumi Indonesia. Pemuridan yang menjadi penekanan pelayanan ini harus menghasilkan orang-orang yang berkarya bagi bangsa sebagai kecintaannya pada Firman Tuhan sehingga suatu saat ketika IA datang sebagai Raja yang akan memerintah atas seluruh bangsa. Maka bangsa Indonesia akan bangga menjadi bangsa yang tidak hanya saja menghasilkan pemimpin-pemimpin, namun juga menghasilkan makna “syalom” yang sesungguhnya dan berdiri bersama dengan bangsa-bangsa lainnya memuji dan menyembah Kristus sebagai Raja diatas segala ra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar