Senin, 29 Oktober 2012

MENDAHULUKAN YANG UTAMA



A.      PILIHAN
Semua dari kita pasti pernah dipernah diperhadapkan dengan pilihan:
Masalah studi:
-          Kuliah atau kerja setelah tamat SMA??
-        Kalau kuliah akan ke kota mana, ambil fakultas apa, jurusan apa atau kalau akan bekerja, kerja apa dan dimana??
-         Ambil program studi apa??
-         Ambil judul apa??
Atau :
-      Pelayanan mau ambil apa?? Di gereja atau kampus?? Kalau gereja sebagai apa?? Kalau PMK sebagai apa??
-         Atau sudah saatnya kah saya punya/naik kendaraan??
-         Atau siapkah saya untuk pacaran?? Diakah yang cocok?

Mungkin kita akan bertanya dan seharusnya sebagai anak Tuhan kita harus bertanya kepada Tuhan… Apakah Tuhan berkenan atau tidak??
Beberapa dari kita mungkin akan menyangka bahwa kalau kita mengerjakan sesuatu tanpa rintangan dan tantangan/berjalan mulus berarti yang kita lakukan kita diberkati. Padahal itu belum tentu.
Kadang-kadang Tuhan memberikan tantangan untuk menguji diri kita apakah kita tulus atau serius dengan yang kita kerjakan tadi atau tidak.

Dalam FT pun pilihan juga berlaku:
Bdk 1 Sam 16:1, 6-13 (pemilihan Daud) dan Kis 16:6-10 (perjalanan memberitakan Injil).
Ternyata apa yang menurut pemandangan kita baik, itu belum tentu sesuai dengan kehendak Tuhan.

Mari lihat bersama FT dalam Rm:12-1-2 untuk melihat tentang mendahulukan yang utama :
Karena itu, saudara2, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

B.      MENDAHULUKAN YANG UTAMA
Nah, bagaimana supaya kita dapat bisa mendahulukan yang utama ?
Mari kita lihat Rm 12:1
Karena itu, saudara2, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

a.      Mempersembahkan tubuhmu
Tubuh berhubungan dengan perut. Perut berhubungan kebutuhan jasmani. Kebutuhan jasmani berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari.
Kadang2 kebutuhan sehari-hari ini membuat kuatir.
-         Besok mau makan apa, bagaimana caranya ke kampus-apalagi kalau lambat kiriman,
-         Bagaimana supaya teman2 bisa menghargai saya, bagaimana supaya saya bisa diterima oleh pergaulan,
-      bagaimana kebutuhan hari2 saya-orang tua tidak mampu di kampung, saya harus cepat selesai karena adek2 saya masih banyak dan kecil2….
-         Bagaimana masa depan saya nantinya
-         Bagaimana kalau tiba2 besok Tuhan panggil saya?

Rekan2 terkasih dalam Kristus…
Semua kekuatiran itu akan tidak akan ada karena ada jaminan dari Bapa kita… Yoh 10:28-30: dan Aku memberikan hidup kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan dapat merebut mereka dari tanganKu. BapaKu yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.

Supaya kita memiliki sikap mendahulukan yang utama, maka sikap yang utama yang perlu dimiliki adalah mempersembahkan tubuh kepada Tuhan!!
Refleksikan :
1.       Apa yang membuat kita kadang2 kuatir?
2.       Sudahkah kita menyerahkan tubuh/hidup kita kepada Tuhan?

Ada banyak pilihan kita bisa percayakan hidup kita.
-         Harta… Bisa memuaskan keinginan kita. Bisa beli apa yang kita mau. Laptop, jalan2, rumah, kendaraan, tab, HP. Tapi bisa habis, tidak bisa kita bawa mati.
-         Hobby.. sejenak melupakan masalah kita.
Having fun, punya banyak teman.

Tapi itu bisa menghabiskan banyak waktu..
Ada yang Main PS sampai berjam2 (subuh). Bisa terpuaskan tapi banyak hal yang terbengkalai. Bangun siang, tugas kuliah terabaikan.

b.      PEMBAHARUAN BUDI
Selanjutnya sesudah kita mempersembahkan tubuh, bagaimana supaya kita bisa memiliki sikap mendahulukan yang utama ?

Rm 12:2:
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
KJV :
And be not conformed to this world: but be ye transformed by the renewing of your mind, that ye may prove what is that good, and acceptable, and perfect, will of God.
Perhatikan bahwa agar kita bisa membedakan yang mana kehendak Allah pikiran kita harus mengalami pembaharuan budi. Perhatikan KJV memakai kata transformed by the renewing of mind. (=diubahkan oleh pembaharuan pikiran secara terus menerus, present).
Bdk juga Fil 2:5 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.
Bdk Fil 4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan, dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Refleksi :
-         Apakah pikiran baik masih jadi bagian kita sehari-hari??
-       Apakah kita berpikir yang baik dari teman/orang tua/ saudara kita, ataukah yang kita lihat dari mereka adalah semua kejelekan mereka.

Jadi apa yang dimaksudkan dengan mendahulukan yang utama??
Menempatkan pikiran dan perasaan Kristus yang utama dalam seluruh aspek hidup kita..
Itu berarti tidak ada bagian dari hidup kita yang terkotak2. Ada perbedaan antara yang rohani dan sekuler. Pelayanan itu rohani, pergi persekutuan lebih penting daripada datang kuliah.

Kalau pikiran kita telah dibaharui maka FT berkata : sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.


C.      MENJADIKAN TUHAN YANG UTAMA
Pembaharuan akal budi akan dialami kalau pikiran kita diisi dengan Firman.
Bdk 2 Timotius 3:16-17
Bdk Ams 3:5-6: Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.

Ilustrasi air..
FT akan mengubahkan pola pikir, “renewing mind”.
Pikiran yang mengendalikan ---) tindakan

Sehingga kalau kita ingin agar Tuhan menjadi prioritas/ utama dalam segala hal dalam hidup kita. Ubah pikiran kita dengan FT.
Perlu disiplin akan rohani kita untuk belajar FT… Jangan malas KTB., kuliah dengan jujur.
Bagaimana kalau kita diperhadapkan dengan pilihan :
Mz 25:14 : “ Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan DIA, dan perjanjianNya diberitahukanNya kepada mereka.”




Doa bagi pergumulan bangsa


Daniel 9:1-27

Ada banyak hal yang menjadi pergumulan bangsa ini. Pemerintah mencari keuntungan dari posisinya. Rakyat pun tidak percaya dengan pemerintahnya. Beberapa kasus mulai diangkat untuk menghapus Komnas HAM, KPK pun harus berhadapan dengan Polri karena ada dugaan korupsi di tingkat aparat kepolisian dan bahkan sekarang lagi marak aksi terorisme di Solo. Kasus Sampang dintara pengikut aliran islam Syiah dan Sunni, dsb. Dibalik pergumulan yang ada bagaimana menyikapinya. Bagaimana dengan doa-doa yang seringkali kita naikkan kepada Tuhan??
Daniel yang hidup ditengah pergumulan bangsanya yang dihukum oleh Tuhan pun prihatin. Kita akan melihat bersama teladan doa dari Daniel yang mengalami kondisi yang mirip dengan bangsa Indonesia.
(1) Pada tahun pertama pemerintahan Darius, anak Ahasyweros, dari keturunan orang Media, yang telah menjadi raja atas kerajaan orang Kasdim,
Kerajaaan orang Kasdim = kerajaan Babel
(2) pada tahun pertama kerajaannya itu aku, Daniel, memperhatikan dalam kumpulan Kitab jumlah tahun yang menurut firman TUHAN kepada nabi Yeremia akan berlaku atas timbunan puing Yerusalem, yakni tujuh puluh tahun.
- firman Tuhan = pertama kali kata YHWH  dipakai dalam kitab Daniel ini. Kemudian ada pada ayat 4 dan 20 dari bacaan ini. Dan juga disebutkan dalam doanya pada ayat sebanyak 5x (8, 10, 13, dan 2 kali pada ayat 14). Ini menolong kita juga untuk memahami bacaan ini.
- Kata Yahweh yang dipakai disini berarti Allah yang mengadakan perjanjian. Sehingga ini berarti menyatakan janji kesetiaan Allah dan bahwa Ia menuntut kesetiaan dari orang-orang yang mempunyai hubungan perjanjian dengan Dia. Nama ini tidak dipakai oleh orang kafir dan bahkan Daniel tidak menyebutkannya ketika berhadapan dengan raja-raja maupun orang Babel lainnya .
- Dalam doa ini, Daniel memakai kata Yahweh berarti dia menyadari bahwa Allah adalah Allah yang sudah setia dengan perjanjianNya untuk memelihara umatNya dan bahwa Allah juga menginginkan kesetiaan dari umatNya..
- Karena menyadari janji akan pemeliharaan Allah dan ketidaksetiaan dari umat Israel  inilah maka Daniel menaikkan doa kepada Allah dengan menyebut nama Yahweh
.- FT yang dimaksud adalah nubuatan Yeremia dalam Yer 25:11-12 dan Yer 29:10
Yeremia 25:11-12:
(11) Maka seluruh negeri ini akan menjadi reruntuhan dan ketandusan, dan bangsa-bangsa ini akan menjadi hamba kepada raja Babel tujuh puluh tahun lamanya.
(12) Kemudian sesudah genap ketujuh puluh tahun itu, demikianlah firman TUHAN, maka Aku akan melakukan pembalasan kepada raja Babel dan kepada bangsa itu oleh karena kesalahan mereka, juga kepada negeri orang-orang Kasdim, dengan membuatnya menjadi tempat-tempat yang tandus untuk selama-lamanya.
Yeremia 29:10
(10) Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini.
- 70 thn adalah masa nubuatan Yeremia bahwa Allah akan menepati janjinya untuk mengembalikan bangsa Israel ke tanah air mereka. Dan hal ini sudah dekat. Perhatikan bahwa tahun 605 SM, masa Nebukadnezar menaklukkan Yehuda dan pemerintahan raja Darius yang baru 539/538 SM. (67 tahun). Inilah masa2 yang dimaksud.
- sesuai sejarah terbukti 538 SM orang2 Yehuda kembali ke tanah air mereka.
- Konteks bacaan ini, masih belum kembali. Tapi Daniel merasa nubuatan ini sudah akan dinyatakan.
- Karena keyakinannya bahwa firman Tuhan itu berarti dan bahwa saat Tuhan untuk membawa kembali umatNya sudah dekat, maka ayat (3)
(3) Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu.
- Mengarahkan = natan = Ia memberi diri untuk berdoa. Ini menyatakan tekad yang bulat dan tetap untuk datang kepada Tuhan Allah dengan doa mereka.
- berdoa dan bermohon = mencari/memohon dengan sangat. Ini berarti kesungguhan dengan hati dan dengan tekun membawa doa dan permohonannya kepada Allah
- kain kabung serta abu=kebiasaan zaman itu untuk menyatakan kesungguhan hati seseorang (Daniel), penyesalannya yang mendalam, serta bahwa ia betul2 merendahkan diri dihadapan Allah.
- Sehingga Daniel dengan penuh kesungguhan hati dan penyesalan yang mendalam, merendahkan diri dihadapan Allah menytakan dengan tekad yang bulat untuk datang bermohon kepada Allah.
Aplikasi : seberapa kita sungguh berdoa dengan sangat tentang bangsa ini.
Bukan karena program kerja berdoa bagi bangsa?? 
Adakah hari dimana kita menaikkan doa syafaat kita bagi bangsa kita??
Kalau kita berdoa syafaat bagi bangsa di jam doa sungguhkah dipersiapkan dengan sungguh bukan karena program… 
Pokok doa berasal dari pergumulan kita!! Jangan sampai kita tidak tahu kondisi bangsa kita:
Apalagi yang diungkapkan oleh Daniel??
(4) Maka aku memohon kepada TUHAN, Allahku, dan mengaku dosaku, demikian: "Ah Tuhan, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang memegang Perjanjian dan kasih setia terhadap mereka yang mengasihi Engkau serta berpegang pada perintah-Mu!
- Daniel mengaku dosa = mengaku dosa bangsanya. Ia merasa bagian dari mereka. Padahal Ia saleh. Berintegritas, tekun berdoa, dsb (tidak cacat)
- Daniel menyadari bahwa hukuman Allah dengan pembuangan ke Babel adalah karena dosa2 bangsa mereka. Namun sebaliknya apabila mereka mengakui dosa mereka dan merendahkan diri dihadapanNya maka IA akan mengingat janjiNya kepada nenek moyang mereka (bdk Im 26:40-45). Daniel menyadari bahwa pengakuan dosa dengan penyesalan sejati adalah hal yang perlu sebelum Tuhan membawa mereka kembali kenegerinya.
Mungkin kita merasa saleh. Saat teduh tiap hari/PA. 
Tapi apakah kita merasa bagian dari bangsa ini??
Doa yang kita naikkan bahwa kita juga orang yang berdosa sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Atau ketika kita berdoa kita cenderung berkata “mereka”. Seolah kita bukan bagian dari “mereka” sebagai bangsa. Kita tidak mengatakan “kami “
Atau karena kita sudah merasa saleh tidak mau peduli. Sibuk dengan ibadah kita??

Bagimana dengan isi doa Daniel kepada Allah :
Isi doa Daniel :
            - Ayat 5-10 : pengakuan dosa mereka
            - Ayat 11-14 : hukuman Tuhan atas mereka karena dosa mereka
            - Ayat 15-19 : permohonan agar diampuni
             
Ayat 5-10 : Pengakuan dosa
(5) Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu,
- Dosa mereka menyeluruh. Dari bagian ini dipakai 4 kata kerja yang berbeda : telah menyeleweng dari kehendak dan tuntutan Allah, telah berbuat salah, telah berlaku fasik (=melakukan sesuatu yang mereka tahu jahat dan salah), dan telah memberontak terhadap tuntutan Allah.
- Mereka melakukannya dengan sengaja
Mari kita lihat sedikit tentang bangsa kita!!
Kita tahu banyak hal tentang dosa. Bangsa ini adalah bangsa yang beragama/religius. Tapi bukankah negara yang beragama ini yang tahu dengan dosa tapi banyak melakukan pelanggaran/dosa?? 
Kasus kriminalitas seringkali kita dengar setiap hari di tv.
Bukankah tidak jauh berbeda dengan kondisi di zaman Daniel??
(6) dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri.
- Ketidaktaatan mereka ditujukan bahkan kepada hamba2 Tuhan, nabi yang diutus oleh Allah sendiri. Bukankah demikian juga dengan pemimpin agama di bangsa kita?? 
Orang2 yang menyatakan kebenaran justru menjadi kurang laku… 
khotbah2 yang disukai adalah khotbah yang menyenangkan pendengarnya?? Tidak berani menyatakan penderitaan sebagai pengikut Kristus tapi lebih banyak masalah berkat.
- ketidak taatan dilakukan juga kepada raja-raja, pemimpin2, kepada bapa2 dan segenap negeri. 
Bahkan yang dilakukan oleh bangsa kita lebih parah. Kalau rakyat bangsa Yehuda ini tidak taat kepada otoritas diatasnya. Maka, di negara kita pemimpin bangsa ini tidak mau kalah dalam berbuat kecurangan bahkan mengambil keuntungan dari rakyatnya. Korupsi merajalela dimana2. Bahkan pemerintah kita tidak dipercaya oleh rakyatnya sendiri. (banyak muncul lembaga pengawas pemerintah-NGO).

Ayat 7-8 mencoba mempertentangkan antara sifat dan perbuatan Tuhan yang benar dengan mereka yang seharusnya merasa malu karena telah berlaku murtad (ayat 7) dan berbuat dosa (ayat 8) kepada Tuhan sehingga di negeri manapun mereka berada itu disebabkan oleh hukuman Tuhan (misalnya Asyur, Babel, Mesir, ataupun masih di negeri  sendiri).  
(7) Ya Tuhan, Engkaulah yang benar, tetapi patutlah kami malu seperti pada hari ini, kami orang-orang Yehuda, penduduk kota Yerusalem dan segenap orang Israel, mereka yang dekat dan mereka yang jauh, di segala negeri kemana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad terhadap Engkau.
(8) Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau.
- Namun kepada Tuhan Allah yang berkuasa dan berotoritas, mereka membutuhkan kesayangan dan keampunan. Mereka menyadari bahwa mereka telah memberontak terhadap Dia dan tidak mendengarkan perintahNya (ayat 9-10)

(9) Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia,
(10) dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya.

Mari kita lihat ayat 11-14
Hukuman 11-14 : hukuman Tuhan atas mereka karena dosa mereka.
(11) Segenap orang Israel telah melanggar hukum-Mu dan menyimpang karena tidak mendengarkan suara-Mu. Sebab itu telah dicurahkan ke atas kami kutuk dan sumpah, yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, hamba Allah itu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Dia.
(12) Dan telah ditetapkan-Nya firman-Nya, yang diucapkan-Nya terhadap kami dan terhadap orang-orang yang telah memerintah kami, yakni bahwa akan didatangkan-Nya kepada kami malapetaka yang besar, yang belum pernah terjadi di bawah semesta langit, seperti di Yerusalem.
(13) Seperti yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, segala malapetaka ini telah menimpa kami, dan kami tidak memohon belas kasihan TUHAN, Allah kami, dengan berbalik dari segala kesalahan kami dan memperhatikan kebenaran yang dari pada-Mu.

Coba perhatikan kondisi bangsa ini yang menjadi malapetaka!!
Tidak ada lagi rasa menolong sebagai sesama bahkan saudara. Bahkan saudara sesama saudara berani saling membunuh, pemerkosaan, dsb
Alam juga menimbulkan bencana alam.
(14) Sebab itu TUHAN bersiap dengan malapetaka itu dan mendatangkannya kepada kami; karena TUHAN, Allah kami, adalah adil dalam segala perbuatan yang dilakukan-Nya, tetapi kami tidak mendengarkan suara-Nya.
- Sekalipun mereka mendapat hukuman namun mereka tidak berbalik dari dosa mereka. Padahal hal tersebut sesuai dengan apa yang tertulis dalam hukum taurat Musa dan hukuman Tuhan dijatuhkan atas mereka setahap demi setahap.

Ayat 15-19 : Permohonan agar diampuni.
Sekarang Daniel, dengan mewakili bangsa Israel, memohon belas kasihan Tuhan dan pengampunan serta turun tangan Tuhan bagi mereka.
(15) Oleh sebab itu, ya Tuhan, Allah kami, yang telah membawa umat-Mu keluar dari tanah Mesir dengan tangan yang kuat dan memasyhurkan nama-Mu, seperti pada hari ini, kami telah berbuat dosa, kami telah berlaku fasik.
- Kesimpulan dari kondisi diatas dimulai dengan kata “Tuhan, Allah kami yang telah membawa umatMu keluar dari tanah Mesir”. Yang berarti penekanan bahwa ada hubungan khusus antara bangsa Israel dengan Tuhan bahwa mereka adalah umat pilihan Tuhan dan Tuhan adalah Allah mereka sampai saat itu.
- “Tangan yang kuat” mengingatkan tentang kuasa Tuhan membebaskan mereka keluar dari tanah Mesir yang sangat berkuasa, sampai tentara Mesir ditenggelamkannya. Sehingga dari mujizat2 dan dan tanda2 ajaib itu, nama Tuhan menjadi termasyur diantara bangsa2 lain. Bdk Yos 2: 10-11 ((10) Sebab kami mendengar, bahwa TUHAN telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang di seberang sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yang telah kamu tumpas.(11) Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah.))
- Dulu ketika bangsa Israel dalam keadaan tertawan di tanah Mesir dan mustahil untuk keluar dari keadaan seperti itu, Tuhan telah prihatin terhadap mereka lalu bertindak, menyatakan kuasaNya, membebaskan mereka bahkan membawa mereka ke tanah yang diberikan kepadanya. Tindakan inilah yang yang dibutuhkan oleh Daniel saat ini dan inilah yang Daniel mohonkan di ayat  18-19.
(16) Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami.
- Belas kasihanMu arti sebenarnya adalah sesuai dengan kebenaranMu, atau keadilanMu, atau perbuatanMu yang benar. Yang menjadi dasar untuk permohonan Allah adalah kebenaran/keadilan Allah.
- Mari perhatikan makna permohonannya. Ia memohon supaya biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami.
- Perhatikan bahwa Daniel tidak minta supaya murka Tuhan tidak berlalu dari mereka. Karena Daniel menyadari bahwa mereka bersalah. Melainkan berlalu dari Yerusalem, kotaMu, gunungMu yang kudus.
Sebab Bait Allah dahulu ada di Yerusalem makan Yerusalem dianggap sebagai tempat kediaman Tuhan/kotaNya. Namun karena dosa bangsa Israel, maka hukuman Allah dijatuhkan dan akibat murka Allah itu, kota Yerusalem dengan Bait Allah diruntuhkan dan mereka tertawan ke Babel. Dalam pandangan bangsa lain, hal ini menyatakan bahwa Allah Israel tidak berkuasa bahkan lebih lemah dibandingkan dengan allah bangsa lain yang telah mengalahkan mereka. Atau kalau Ia berkuasa, Ia tidak memperhatikan umatNya.
- Hal ini membuat membuat orang2 disekitar Israel, karena melihat keadaan Yerusalem itu, mencela Tuhan dan bahkan menganggap Dia tidak berkuasa dan menganggap sifatnya tidak baik.  Sehingga  Daniel memohon  agar Tuhan memulihkan keadaan Yerusalem, kotaNya itu, supaya kebenaranNya dinyatakan.

(17) Oleh sebab itu, dengarkanlah, ya Allah kami, doa hamba-Mu ini dan permohonannya, dan sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini dengan wajah-Mu, demi Tuhan sendiri.
- Sekarang nyata bahwa Daniel mengajukan permohonannya dengan jelas, demi Tuhan sendiri dan berdasarkan kasih sayangNya yang berlimpah-limpah.
- Nyata kesungguhan hati Daniel dan kerinduannya sangat mendalam, agar Tuhan dimuliakan.
- Menyinarinya dengan  dengan wajahNya, berarti Daniel memohon agar Tuhan berkenan kan Bait Allah. Permohonan itu berarti agar Tuhan memperkenankan Bait Allah dibangun kembali dan dipakai lagi oleh umatNya. Dasarnya adalah demi Tuhan sendiri, yaitu untuk kemuliaan Tuhan
(18) Ya Allahku, arahkanlah telinga-Mu dan dengarlah, bukalah mata-Mu dan lihatlah kebinasaan kami dan kota yang disebut dengan nama-Mu, sebab kami menyampaikan doa permohonan kami ke hadapan-Mu bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayang-Mu yang berlimpah-limpah.
-   Doa2 ini dinaikkan bukan karena jasa2 mereka/kebenaran. Karena mereka orang berdosa bukan orang yang benar. Melainkan kasih sayang Tuhan yang berlimpah-limpah.
(19) Ya Tuhan, dengarlah! Ya, Tuhan, ampunilah! Ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah dengan tidak bertangguh, oleh karena Engkau sendiri, Allahku, sebab kota-Mu dan umat-Mu disebut dengan nama-Mu!"
- Ayat 19 merupakan puncak dari doa permohonannya. Kesungguhan hatinya dan kerinduannya sangat nyata “ya Tuhan, dengarlah!! Ya Tuhan, ampunilah!! Ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah!! Janganlah bertangguh (=segera), demi Engkau sendiri, Allahku.” Daniel memohon dan rindu agar Tuhan mendengar doanya dengan pengakuan dosa yang sudah disampaikannya, mengampuni dosanya dan bangsanya, memperhatikan keadaan mereka dan keadaan kota Yerusalem, serta bertindak untuk memulihkannya, yaitu mengakhiri hukuman atas mereka karena dosa mereka serta mengakhiri akibatnya.
- Ia bermohon agar Tuhan berbuat demikian dengan segera, sekali lagi demi kemuliaan Tuhan sendiri.

Nah, bagaimana dengan konteks bangsa kita..
1.   Sebagai bangsa yang minoritas, mari kita berdoa supaya Tuhan memulihkan bangsa kita demi kemuliaan Tuhan sendiri. Dengan segala pergumulan bangsa ini mulai dari rakyat, pemimpin2 agama dan pemimpin pemerintahan. Kita memohonkan pengampunan Tuhan.
2.    Agar Allah kita tidak dicela sebagai Allah yang diam dengan pergumulan umatNya bahkan menjadi Allah yang akan menuntun umatNya. Mari kita berseru kepadaNya. Sebab Dialah Tuhan bangsa kita. Dia bukan Allah yang tinggal diam melihat kondisi bangsa kita bahkan dengan kondisi gereja Tuhan yang makin sulit.
3.  Dengan kondisi yang seperti ini Tuhan memanggil kita dalam visi pelayanan mahasiswa untuk menjadi berkat bagi bangsa dan negara. Mari berkontribusi bagi bangsa ini menghasilkan calon2 pemimpin yang berkualitas.

PA Induktif

PA INDUKTIF

Pendahuluan


1.      Pentingnya Alkitab bagi hidup kita.
·         Mat.4:4  :
·         Maz.119:105  :
·         Pengk.12:13  :
·         Yos.1:8  :
·         2 Tim.3:15-17  :
·         Ro.12:2  :
·         Maz.119:9-11 :
·         Maz.119:98-100 :
Kesimpulan: Alkitab bukan sekedar pelengkap hidup, tetapi merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan yang benar,  berarti dan bernilai kekal.

2. Cara mempelajari Alkitab
a.      Pentingnya sikap yang rendah hati, haus dan taat (Mat.5:3, 6; Maz.32:9-10; Yoh.7:17). Rendah hati untuk dibimbing oleh Roh Kudus secara pribadi maupun melalui tubuh Kristus.
b.      Perlunya metoda PA:
·         Karena Alkitab ditulis dalam konteks sejarah, budaya, bahasa, gaya penulisan dan sikon yang berbeda.
·         Metoda PA memperkaya kita dalam membaca isi Alkitab, sehingga lebih hidup dan mengurangi rasa bosan.
Ada berbagai metoda mempelajari Alkitab, walaupun tidak ada metoda yang sempurna. Kita perlu sadari ada metoda yang lebih riskan/ berbahaya dibanding dengan yang lainnya. Salah satu metoda yang telah menjadi berkat bagi banyak orang dan juga lebih aman, yaitu PA Induktif.


APA  ITU PA INDUKTIF?


PA induktif menggunakan 3 tahap dalam menelaah Alkitab:
1.      Tahap Observasi (Pengamatan)
2.      Tahap Interpretasi (Penafsiran)
3.      Tahap Aplikasi (Penerapan)

PA Induktif menggunakan pola scientific untuk mencegah kesimpulan yang subyektif atau menyimpang.  Tentu dengan sikap rendah hati  dan minta pertolongan Roh Kudus.


MENGAPA PA INDUKTIF?
            Kalau dilakukan dengan benar, PA Induktif memiliki beberapa kelebihan, a.l.:
1.      Lebih obyektif.
Penekanan pada apa yang dikatakan Alkitab daripada apa yang dikatakan orang atau diri kita. Mengurangi bahaya subyektivisme dan membantu dalam penafsiran agar lebih obyektif.
2.      Lebih aktif dan atraktif.
Menolong kita menyelidiki Alkitab secara lebih aktif. Metoda ini juga menarik,   karena menolong kita bukan hanya lebih menghargai teks Alkitab tapi juga dalam melihat relevansi ajaran Alkitab bagi hidup kita pada masa kini.
3.      Lebih jadi berkat.
Bagi diri kita dan orang lain yang kita layani atau disekitar kita. Karena bukan hanya menekankan pada pengetahuan dan pengertian, tapi juga pada penerapan (lihat: Yos.1:8; Yak.1:25). Ini sejalan dengan ajaran Tuhan Yesus agar kita jadi pelaku Firman, bukan pendengar saja (Mat.7:24-27).


BAGAIMANA MELAKUKAN PA INDUKTIF?


            PA Induktif dilakukan dengan melakukan ketiga tahap itu secara sistimatis atau simultan dengan seksama.

Tahap 1:  OBSERVASI  (What does the text say?)

Tahap pertama dari PA Induktif yaitu mencari apa yang dikatakan oleh teks.
Proses ini seperti yang dilakukan oleh ilmuwan dalam mengobservasi sesuatu, atau oleh seorang detektif dalam menyelidiki suatu kejadian atau kasus. Mereka baru menarik kesimpulan setelah mengumpulkan semua data atau petunjuk secara teliti. Sebab tanpa pengamatan yang akurat, maka sulit menafsirkan secara akurat juga. Observasi adalah upaya untuk melihat apa yang ditulis oleh penulis seteliti mungkin.

Prinsip dan Cara Observasi Teks


1.      Baca teks beberapa kali (paling tidak 3 kali). Get an overview!
Seorang profesor berkata: “Our experience over many years in college and seminary teaching is that many people simply do not know how to read well”[1]

2.      Gunakan pertanyaan:
            Sebagai permulaan kita bisa gunakan pertanyaan 5W + 1H:
            What?   : Apa kejadiannya? Apa yang jadi ide/ tema utama?
            Where? : Di mana itu terjadi? Di mana penulis? Pembaca?
            When?   : Kapan itu terjadi?
            Who?     : Siapa saja yang terlibat? Siapa mereka? Siapa pemeran utama?
            Why?     : Kenapa itu dilakukan/ dikatakan/ ditulis?
            How?     : Bagaimana itu terjadi? Bagaimana keadaan pemeran utama? Penulis? 
                              Pembaca?

3.      Perhatikan (khususnya teks yang non cerita):
-          Kata-kata yang diulang (repetition) atau dapat penekanan (emphasized)
-          Kata-kata penghubung: dan, tetapi, karena, karena itu, sehingga, jikalau, supaya..
-          Kata kerja, kata benda, kata pengganti.
-          Pemakaian ilustrasi, kutipan, kiasan, perumpamaan, simbol,...
-          Gaya penulisannya: Langsung? Tidak langsung? Sistimatis? Spiral?
Temukan: Kata kunci (lihat dari kata-kata penting/diulang), kata-kata yang sama dan yang tidak (kontras), sebab-akibat, alasan/ tujuan penulisan, tema utama.

Observation is the art of seeing


Semakin cermat kita mengamati isi teks, semakin menolong kita dalam menafsirkan dan memahami isi Alkitab. Karena Alkitab adalah tulisan yang diilhami Allah dan merupakan salah satu pemberian yang berharga dari Allah kepada kita, maka sangat layak bagi kita untuk mempelajarinya secara sungguh-sungguh.


Tahap 2: INTERPRETASI  (What does it mean?)

Interpretasi adalah upaya menafsirkan apa yang dimaksudkan oleh teks. Maksud utama dari interpretasi adalah untuk menemukan apa yang dimaksud oleh penulis dalam menuliskan itu kepada pembaca pada waktu itu.
            Seringkali ini merupakan tahap yang tersulit dalam PA Induktif. Ada banyak hal yang bisa menyebabkan kita salah menafsirkan teks, bahkan tanpa kita sadari. Misalnya: sifat kita yang cenderung subyektif (beranjak dari pengalaman atau pengertian yang kita miliki sebelumnya) dan cenderung menyimpang (beranjak dari interes pribadi atau kelompok kita).  Selain itu, juga karena sifat keberadaan Alkitab yang begitu kompleks dan sangat berbeda dengan kita sekarang, baik dari segi konteks penulisannya (bahasa, pengertian kata-kata, tata bahasa, jenis tulisan), maupun sejarah dan budayanya pada waktu itu, serta kondisi geografisnya (secara politis, geologi, botani dan zoologi). Karena itu, untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan tulisan dalam Alkitab, kita perlu perhatikan beberapa prinsip di bawah ini.

Prinsip Penafsiran Alkitab


1.      Perhatikan jenis tulisannya (Genre)[2]
-          Gaya penulisan (Literary style): apakah tulisan ini berbentuk sejarah (narrative),  surat (epistle)puitiknubuatan atau apokaliptik ?
-          Ekspresi penulisan (Literary expression): apakah perumpamaan, alegoris, kata-kata hikmat?
-    Majas (Figure of speech) : apakah itu antropomorfis, apostrop, eufemis, hyperbol, hypokatastasis, idiom,  meris, metafor, paradoks, personafikasi, pertanyaan retorik, simile.
Jangan pukul ratakan semua bentuk teks di Alkitab. Alkitab terdiri dari berbagai bentuk tulisan. Setiap jenis tulisan mempunyai karakteristik berbeda sehingga perlu ditafsirkan secara berbeda juga. Jadi misalnya jangan sembarangan menafsirkan buku puisi, nubuatan, sejarah, apokaliptik, surat, kata-kata hikmat.

2.      Perhatikan konteksnya :
a.      Konteks budaya dan sejarahnya (Historical context)
- Kapan itu di tulis? Apa konteks budaya dan sejarah pada waktu itu?
   Perhatikan political, economical & religious background pada waktu itu.[3]
- Isu budaya, sosial, politik, kerohanian apa yang perlu diperhatikan? Kenapa?
Ini berkenaan dengan pengertian kata-kata yang dipakai pada waktu itu. Informasi ini biasanya bisa ditemukan dalam Alkitab itu sendiri, namun sering pula dibutuhkan bantuan dari buku lainnya, seperti Ensiklopedia dan atau Kamus Alkitab yang baik. Beberapa jenis Alkitab, seperti NIV Study Bible memberikan sedikit informasi ini, demikian juga beberapa buku tafsiran.

  1. Konteks penulisan (Literary context)
- Apa yang penulis ingin katakan dan kenapa ia katakan tepat di sini?
- Bagaimana teks ini tepat dalam keseluruhan isi berita dari buku itu?
Pada dasarnya, literary context perlu diperhatikan karena kata-kata itu baru mempunyai makna di dalam kalimat. Sebagian besar kalimat di Alkitab baru bisa kita pahami jika kita memperhatikan kalimat sebelum dan sesudahnya (paragraf). Karena itu, menafsirkan satu ayat lepas dari konteksnya bisa sangat berbahaya.  Pertanyaan yang paling penting ditanyakan untuk konteks:  What is the point?[4]

3.      Pemahaman akan isinya (Content)
Ini berkenaan dengan arti kata-kata, penggunaan tata bahasa, pemilihan kata-kata, istilah, ungkapan, atau simbol yang digunakan. Di sini, Alkitab dengan berbagai terjemahan yang lebih akurat sangat penting. Lebih baik lagi jika kita bisa mempelajari bahasa aslinya (Hebrew, Aramaic & Greek). Contoh problema terjemahan: 1 Yoh. 3: 6,9.
Selain hasil observasi yang memadai dan akurat, keterampilan kita menghubungkan, membandingkan data-data yang didapat sangat penting untuk menafsirkan dan menyimpulkan dengan baik. Di sini kita perlu belajar menggunakan pertanyaan secara terampil, baik untuk klarifikasi maupun  implikasi.
Pertanyaan untuk klarifikasi:
Hal ini dapat kita lakukan dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut: (Perlu diingat bahwa tidak semua pertanyaan dapat diterapkan untuk setiap teks)
  1. Apakah bersifat harafiah atau kiasan? Tafsirkan dengan tepat.
  2. Apa yang penulis ingin katakan kepada pembaca?
- Apakah ia memberikan tafsirannya?
- Apakah ia tulis maksud dari penulisannya?
- Apakah dijelaskan bahwa ia memakai perumpamaan, cerita, atau lambang?
  1. Apakah penulis mengutip dari kitab lainnya dari Alkitab?
Darimana itu diambil dan amati konteksnya.
Mengapa penulis mengutip bagian Alkitab tersebut:
- Apakah ia ingin membuktikan sesuatu?
- Apakah itu menggambarkan satu kebenaran tertentu?
- Apakah itu mendukung argumentasi penulis?
  1. Kata-kata:
- Apa pentingnya kata-kata yang diulang itu?
- Apa makna dari kata penghubung: Sebab akibat? Alasan? Tujuan? Kontras?
- Bagaimana pemakaian kata-kata penulis: Puitis? Teknis?  Simbolis?
- Kenapa cukup banyak pembahasan untuk hal itu atau  orang itu ?
- Apa makna dari kata-kata kunci / khusus yang dipakai? 
   Pakai alat bantu untuk lakukan word study.
- Perjelas setiap figures of speech:  Metafor, paradoks, personafikasi, hyperbol,
       idiom, antropomorfis,...  Apa maksudnya?
Gunakan alat bantu (The tools):
Tidak jarang dalam proses memahami isi dari teks dibutuhkan bantuan luar, seperti buku tafsiran Alkitab yang baik. Hanya, gunakan sumber dari luar Alkitab, jika  kita tidak bisa menemukan jawaban dari Alkitab itu sendiri. Paling tidak ada 4 alat bantu yang dibutuhkan dalam mempelajari Alkitab:[5]
1.      Kamus atau Ensiklopedia Alkitab yang baik.
2.      Bible Handbook  yang baik.
3.      Terjemahan Alkitab yang baik.
    1. Tafsiran Alkitab (Commentary) perkitab yang baik.
Buku-buku lainnya seperti Konkordansi, Lexicons, Lexicon aids, Grammars, Atlas, juga sangat membantu untuk  word study, dll.

Pertanyaan untuk implikasi:
Setelah  diperjelas semua isu-isu di atas, maka kita perlu pahami:
-  Apa implikasi dari setiap penemuan penting?
-  Mengapa itu ditulis? Apa maknanya?
-  Apa implikasi atau hasil yang diharapkan dari tulisan ini?

4.      Tafsirkan:
Hubungkan hasil temuan dari pertanyaan-pertanyaan ini. Uji ulang sebelum menarik kesimpulan. Mana yang memiliki data pendukung yang memadai dan mana yang tidak. Pikirkan secara kontekstual dan keharmonisan secara keseluruhan. Penafsiran yang baik memperhatikan keharmonisan tafsiran secara tekstual,   kontekstual dan keseluruhan isi Alkitab. Temukan:
-          Apa maksud penulis menuliskan hal itu kepada pembacanya pada waktu itu.
-          Prinsip-prinsip apa yang kita dapatkan dari bagian itu.

5.      Konsultasikan:
Untuk mengecek seberapa tafsiran kita tepat dan bisa dipertanggungjawabkan, maka sebaiknya kita memeriksa hasil-hasil penafsiran kita dengan buku tafsiran yang baik. Adakah hal-hal yang kita kurang teliti? Apakah ada yang kita salah mengerti karena kekurangan informasi kita akan konteks budaya atau sejarah waktu itu. Adakah kita overlook beberapa kata-kata penting atau konteks penulisannya?             

Hal-hal yang perlu diingat:
·         Jangan memutlakkan apa yang tidak dimutlakkan Alkitab.
Misal: masalah waktu (tanggal, bulan, tahun, jam) kedatangan Tuhan. Sebaliknya, jangan tidak memutlakkan apa yang Alkitab mutlakkan. Misal: kepastian akan kedatangan Yesus yang kedua kali.
·         Hindari mengambil kesimpulan tanpa dukungan data-data yang memadai.
Contoh: bahasa lidah adalah tanda satu-satunya kepenuhan Roh Kudus.
·         Jangan menafsirkan Alkitab lepas dari konteksnya.
Ingat akan pentingnya memperhatikan literary & historical context. Mis.: Luk. 9: 10.
Tafsiran yang benar juga pasti akan harmonis dengan tafsiran Alkitab secara keseluruhan. Jika ada kontradiksi dengan bagian lainnya, maka kita perlu meninjau ulang tafsiran tersebut. Ini disebut prinsip keharmonisan Alkitab.[6]
·         Banyak tulisan di PL baru bisa dimengerti melalui PB.
Demikian jugavsebaliknya banyak tulisan di PB tidak bisa dimengerti tanpa kita mempelajari PL. Ini dikenal dengan prinsip pewahyuan Alkitab secara bertahap (Progressive Revelation). Artinya Allah menyatakan rencanaNya secara bertahap kepada manusia. Untuk memahaminya dibutuhkan studi kedua perjanjian (PB dan PL). Contoh: Kenapa Yesus disebut sebagai anak domba Allah?
·         Hindari penafsiran bersifat alegoris secara tidak tepat.
Misal: Tuhan Yesus masuk kota Yerusalem dengan menunggangi seekor keledai. Atau Daud mengalahkan Goliat dengan lima batu. Penafsiran secara alegoris bisa digunakan jika penulis/pembicara memang memaksudkan demikian. Misalnya: Tubuh Kristus dan Kristus adalah Kepala Tubuh.
·         Perhatikan bentuk majas, jenis tulisan dan pemakaian gaya bahasa.
Bersifat kiasan atau harafiah? Banyak kesalahan dalam penafsiran terjadi karena kita tafsirkan secara harafiah, padahal itu bersifat kiasan.
Contoh: Mar. 9: 43-47 ; Luk. 14: 26,27.
·         Bedakan bentuk hukum dan prinsip.
Seperti perlunya membedakan isi dari bungkusnya. Kesalahan dalam penafsiran karena tidak bisa membedakan hukum atau peraturan dan prinsipnya juga sangat sering terjadi. Biarpun peraturan di Alkitab biasanya dipengaruhi budaya dan sikon tertentu yang terus berubah, tetapi prinsipnya bersifat kekal (tidak berubah). Contoh: Mengenai Sabat. Peraturan akan hari Sabat dibuat untuk manusia, atau manusia untuk Sabat?
·         Sekali lagi: hindari kekurangtelitian membaca teks.
Sehingga menghasilkan penafsiran yang salah. Misalnya: 1 Tim.6:10: Uang adalah akar segala kejahatan. Yak. 4: 13-14: Perencanaan itu tidak perlu atau tidak disukai Tuhan.  Ada berapa buah Roh Kudus?


Tahap 3: APLIKASI (What does it mean to me/us?)
Pentingnya Aplikasi:
Aplikasi firman Tuhan ke dalam hidup kita merupakan hal yang sangat serius. Kalau tidak maka bukan hanya kita menipu diri kita sendiri, tapi juga akan sia-sia.
·         Berkat firman Tuhan baru kita alami dan hidup kita baru berubah jika kita mentaati dan menerapkannya dalam hidup kita (Yak. 1: 22-24).
·         Tuhan Yesus juga berkata bahwa mendengar firman Tuhan tanpa melakukan adalah seperti seorang yang bodoh yang membangun rumahnya di atas pasir (Mat. 7:24-27).
·         Selain itu, jika kita menerapkan firman Tuhan maka kita akan terhindar menjadi orang Kristen yang munafik. Seperti halnya orang Farisi dan para ahli Taurat (Mat. 23: 4,13, 27-28). Kita akan jadi batu sandungan bagi orang lain.

Tujuan dari PA bukan untuk observasi atau interpretasi, tapi untuk diaplikasikan
dalam kehidupan kita.


Prinsip &  Ide Penerapan:
Hati-hati dengan penerapan yang keliru.
- Tahu saja belum menerapkan. Perasaan sudah menerapkan padahal belum.
       - Penerapan yang sekedar melakukan proyek.
1.      Penerapan yang baik harus “inside-out.” Mulai dari kesadaran dan keyakinan, lalu ke sikap, perbuatan dan tindakan,  bahkan ada yang harus jadi kebiasaan dan karakter.
2.      Penerapan yang baik memerlukan keterlibatan seluruh keberadaan kita (pikiran, emosi dan kemauan). Pikiran saja, atau emosi saja, atau kemauan saja tidaklah cukup, dan biasanya tidak akan bertahan lama.
3.      Penerapan yang baik harus bersifat jangka panjang(long term) .
Rasa cepat bosan dan putus asa merupakan musuh utama bagi penerapan yang baik. Distraksi merupakan musuh besar lainnya yang harus diwaspadai. Penerapan yang baik butuh konsentrasi yang penuh dan ketekunan.
4.      Penerapan yang baik tidak hanya bersifat individual, tapi komunal dalam konteks keluarga, teman-teman dan gereja. Kelompok PA merupakan wadah ideal bagi penerapan firman Tuhan. “Berdua lebih baik daripada seorang diri.”(Pengk. 4:9).
5.      Penerapan yang baik yaitu jika kita suka melakukan kehendakNya. Bukan karena kewajiban, takut dihukum, atau karena mau berkat Tuhan saja. 

Empat langkah dalam Penerapan:[7]

1.      Kenali (Know): teks-nya, diri anda, dan dunia sekeliling anda.
2.      Relasikan (Relate): dengan kehidupan anda, keluarga, gereja, pekerjaan dan komunitas anda.
3.      Renungkan (Meditate): secara serius firman Tuhan.
Pertanyaan Penolong  untuk  meditasi:
  • Apakah ada contoh bagi saya untuk diteladani?
  • Adakah pencobaan untuk berbuat dosa yang harus saya hindari?
  • Adakah janji Allah untuk dipegang?
  • Adakah perintah Allah yang perlu saya taati?
  • Apakah ada kehendak Allah yang perlu kulakukan?
  • Adakah persyaratan atau kondisi yang harus kupenuhi?
  • Adakah nilai-nilai, pandangan, sikap, kebiasaan yang saya perlu berubah?
  • Apakah ada teguran bagi saya atas dosa, kesalahan di mana saya perlu bertobat?
  • Adakah doa syukur atau pengakuan dosa yang perlu saya naikkan?
·         Hal apa yang saya pelajari dari bagian Alkitab ini  mengenai:
- Allah: Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus?
- KehendakNya bagi saya, keluarga, gereja, negara, dunia?
- CiptaanNya, dosa, pengampunan, pengudusan, iman, kasih dan pengharapan?
- Pelayanan,  pekabaran Injil, pemuridan/pembinaan/pengajaran, misi, …?
Pikirkan langkah penerapan yang konkrit dan praktis.
4. Lakukan (Practise): dengan sungguh dan tekun.
The principles found in a Bible passage are to be lived, not just known and believed [8]


Lokakarya :
PA induktif Narasi : Rut 1

Outline
n  Tragedi yang dialami Rut di Moab (1-5)
n  Naomi dan keluarga mengungsi ke Moab (1-2)
n  Naomi kehilangan suami dan kedua anaknya (3-5)
n  Naomi dalam perjalanan kembali ke Israel (6-18)
n  Naomi menyuruh Rut dan Orpa kembali kepada keluarganya masing-masing (8-13)
n  Orpah pulang, tapi Rut tetap ikut Naomi (14-18)
n  Naomi dan Rut tiba di Betlehem (19-22)

Observasi
n  Who? Elimelekh, Naomi, Mahlon, Kilyon, Orpa, Rut, penduduk betlehem
n  Where? Moab dan Betlehem.
n  Moab berjarak sekitar 60 km dari Betlehem (lihat peta)
n  When? Pada masa-hakim-hakim memerintah atas Israel: pada masa kelaparan di Betlehem hingga masa kelaparan tsb berakhir
Gunakan Outline :
Tips: 1. Gunakan outline sebagai patokan
n  Tragedi yang dialami Rut di Moab (1-5)
n  Naomi dan keluarga mengungsi ke Moab (1-2)
n  Naomi kehilangan suami dan kedua anaknya (3-5)
n  Pertanyaan:
n  Mengapa Naomi sekeluarga mengungsi ke Moab? ……….
n  Apa yg terjadi setelah mereka tiba di Moab? ………………
n  Apakah tujuan pengungsian mereka tercapai? …………..

n  Naomi dalam perjalanan kembali ke Israel (6-18)
n  Naomi menyuruh Rut dan Orpa kembali kepada keluarganya masing-masing (8-13)
n  Orpah pulang, tapi Rut tetap ikut Naomi (14-18)
n  Pertanyaan:
n  Mengapa Naomi menyuruh Rut dan Orpa pulang?.................
n  Mengapa Rut dan Orpa bersikeras ingin ikut Naomi?..............
n  Mengapa Orpa akhirnya pulang sedangkan Rut tetap ikut Naomi kembali ke Israel?..........................................................................
n  Bagaimana penilaian kita terhadap keputusan Orpa? Rut?


Tips 2: Selidiki hal-hal yang mengundang tanda tanya
a) Istilah/ budaya yg asing
n  Mengapa Naomi bicara tentang kemungkinan (ketidakmungkinan) Rut dan Orpa menikah dengan anak-anak yang mungkin (tidak mungkin) ia lahirkan lagi? (ay.11-13)
n  Mengapa Naomi ingin namanya diganti jadi ‘Mara’? (ay.20)

b) Kata atau kalimat tertentu yg diulang-ulang
n  ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi,
n  di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam:
n  bangsamulah bangsaku,
n  Allahmulah Allahku;
n  di mana engkau mati, akupun mati di sana
Rut 1:16-17

Interpretasi (5 P):
  1. Tetaplah setia kepada perintah Tuhan dan percaya kepada pemeliharaan-Nya dalam segala situasi. Jangan mengorbankan kesetiaan kepada Tuhan demi mencari keamanan dan kenyamanan sesaat, karena apa yang dicari belum tentu diperoleh sementara kesetiaan kepadaNya sudah terlanjur dikorbankan.
  2. Kasih sejati ditandai dengan kerelaan untuk menomorsatukan kepentingan orang lain: memberi diri tanpa didasari perhitungan untung rugi, dan bahkan rela dirugikan demi orang yg dikasihi. Kasih yg mulia semacam ini yg perlu dimiliki dalam relasi dengan orang lain.

Aplikasi :
  1. Bersyukur
  2. Bertobat
  3. Berbuat
  4. Berdoa




PENUTUP


Berkat rohani dari Alkitab tergantung pada usaha kita. Semakin giat kita berusaha dalam membangun sikap rendah hati, haus dan taat, semakin banyak berkat yang kita terima. Demikian juga semakin giat kita berusaha menyelidiki isi Alkitab, semakin banyak yang kita peroleh. Semakin giat kita terapkan, semakin jadi berkat. Karena Allah tidak menghargai ketidak seriusan dan kemalasan kita, tapi Ia menghargai kesungguhan hati dan ketekunan kita.
May those who sow in tears, reap with shouts of joy. Those who go out weeping, bearing the seed for sowing shall come home with shouts of joy,


[1] Fee & Stuart, How to Read the Bible For All Its Worth (Grand Rapids: Zondervan, 1993), p.22.

[2] Conner & Malmin, Interpreting the Scripture (Portland: Conner/Malmin Publication: 1976), p. 53.
[3] Ibid., 57.
[4] Fee & Stuart, “How to Read,” p. 55.
[5] Fee & Stuart, “How to Read,” p. 24-25.
[6] John Stott, Understanding the Bible (Grand Rapids: Zondervan, 1972), p. 230-238.
[7] Howard G. Hendricks & William D. Hendricks, Living by the Book (Chicago: Moody Press, 1993), p. 292 – 301.
[8] Jim Wilhoit & Leland Ryken, Effective Bible Teaching (Grand Rapids: Baker Books, 1988), p.148.