Senin, 23 September 2013


Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. 
Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. Tuhanlah PenjagamuTuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu.  TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya. 
(Mz 121:1-6)



Akhir-akhir ini kita banyak mendengar berita yang cukup meresahkan. Mulai dengan krisis keuangan negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Nilai tukar rupiah kembali melemah disekitaran harga Rp. 11.190,-. Sehingga terjadi kenaikan harga-harga barang, para investor ragu untuk menanamkan sahamnya. Produksi pertanian seperti misalnya kedelai juga mengalami penurunan sehingga sejumlah pengusaha makanan tradisional Indonesia yang terbuat dari tahu dan tempe terancam merugi. Belum lagi dengan pilkada di sejumlah daerah termasuk pemilihan walikota di Makassar yang akan dilaksanakan tanggal 18 September mendatang dan pemilihan Calon Presiden dan wakil Presiden 2014. Masa-masa kampanye dimana sejumlah elite politik menawarkan perubahan yang lebih baik bagi masyarkat diumbar ke masyarakat. Sejumlah besar masyarakat Indonesia sedang dilanda pada sejumlah kebingungan, siapa yang akan dipilih kedepan untuk Indonesia yang lebih baik?   
Mz 121. Ini merupakan nyanyian ziarah. Kondisi nyanyian ini menceritakan perjalanan bangsa Israel. Sudah menjadi kebiasaan tahunan orang Israel dari segala penjuru untuk berziarah ke Yerusalem untuk mereka merayakan Hari Besar agama. Lagu ini dinyanyikan saat orang-orang Israel akan berangkat dari Yerusalem menuju ke rumah masing-masing. Di dalam perjalanan ini, setiap perantau harus melalui gunung-gunung. Dan perjalanan ini mengandung resiko karena harus berhadapan dengan para perompak di jalan. Di gunung-gunung yang akan mereka lewati merupakan tempat penyembahan berhala, terdapat banyak masalah seperti binatang buas dan perompak. Sehingga pemazmur berkata: Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? .
Di tengah-tengah bahaya seperti itu pemazmur tahu  kemana untuk mengharapkan pertolongan. Yaitu kepada  Tuhan itu sendiri. Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Ayat (2). Ditengah-tengah pergumulan ketidakpastian ekonomi dan politik ini, kita bersama-sama datang berseru kepada Tuhan meyakini dan berserah bahwa Tuhan-lah sumber pertolongan kita.
Ketika  membaca Mazmur 121:1-6 ini, kita melihat ada 6 kali kata jaga, baik Penjaga dan menjaga diulang. Ada 4 alasan mengapa pemazmur berharap pada Tuhan:
· Ayat 3-4: Ia takkan membiarkan kakimu goyah. Penjagamu tidak akan terlelap. Hal ini dikatakan karena zaman dulu ada kecenderungan allah/dewa bangsa-bangsa lain untuk istirahat. Misalkan dewa kesuburan akan istirahat di musim dingin. Tetapi Allah Israel tidak akan terlelap.
· Ayat 5-6: Ia menjadi Penjaga. Ini gambaran seperti Kerub=Malaikat yang dibuat menaungi Tabut Suci. Allah akan menaungi mereka dari panas matahari diwaktu siang dan malam hari. Kondisi cuaca siang hari bisa menyebabkan radang otak dan panas tinggi. Sedangkan menurut keyakinan kuno sinar bulan purnama bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental-sekalipun belum ada riset yang membuktikan hal tersebut.
· Ayat 7: Ia akan menjaga nyawa dari segala kecelakaan. Sehingga tidak ada alasan bahwa mereka tidak akan datang ke Yerusalem.
· Ayat 8: seperti Ia menyertai mereka memasuki Yerusalem. Ia juga akan menyertai perjalanan mereka kembali. Begitu juga dengan tahun depan dan tahun-tahun selanjutnya.
Dari perenungan ini dapat ditarik kesimpulan bersama bahwa ditengah pergumulan ketidakpastian kondisi disekitar kita, mari datang kepada Tuhan karena Tuhanlah sang Penjaga dan yang akan menjaga kita. Tidak hanya pergumulan  di saat ini, tetapi juga pergumulan kita esok dan sampai selama-lamanya karena IA pasti menjadi Penjaga dan akan menjaga kita.



bagi bangsa ini kami berdiri dan membawa doa kami kepada-Mu

Kutipan pidato Bung Karno di UI pada tanggal 07 Mei 1953:

"Kalau kita mendirikan negara berdasarkan Islam, banyak daerah yang penduduknya bukan Muslim seperti Maluku, Bali, Flores, Timor, Kepulauan Kei, dan Sulawesi, akan memisahkan diri. 
Dan Irian Barat yang belum menjadi bagian wilayah Indonesia, tidak ingin menjadi bagian Republik. Bukan satu, bukan tiga, bukan ratusan, tapi ribuan orang Kristen gugur dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. 
Apa yang diinginkan dari harapan umat Kristen? Haruskah kita tidak menghargai pengorbanan mereka? Harapan mereka bersama-sama menjadi anggota dari rakyat Indonesia yang merdeka dan bersatu. Jangan pakai kata-kata "minoritas", jangan sekalipun!
Umat Kristen tak ingin disebut "minoritas". kita tidak ingin berjuang untuk menyebutnya minoritas. Orang Kristen berkata: "Kami tidak berjuang untuk anak kami disebut minoritas. Apakah itu yang kalian inginkan? Apa yang diinginkan setiap org adalah menjadi warga negara dari NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA. 
Itu sama dengan saya, ulama, dengan anak-anak muda, dengan para pejabat, setiap orang tanpa kecuali: setiap orang ingin menjadi warga negara REPUBLIK INDONESIA, setiap orang, tanpa memandang minoritas atau mayoritas."

Ini berarti bahwa orang Kristen merupakan bagian dari bangsa ini. Menjadi garam dan memancarkan terang dalam konteks kebangsaan kita. Sehingga lirik pujian ini mendarat di hati nurani orang Nasrani di bangsa ini agarTuhan dimuliakan:

Syukur untuk setiap rencana-mu
dan rancangan-Mu yang mulia
dalam satu tubuh kami bersatu
menjadi duta kerajaan-Mu
kuucapkan berkat atas indonesia
biar kemuliaan Tuhan akan nyata
Reff:
bagi bangsa ini kami berdiri
dan membawa doa kami kepada-Mu
sesuatu yang besar pasti terjadi
dan mengubahkan negeri kami
hanya nama-Mu Tuhan ditinggikan
atas seluruh bumi

Kami rindu melihat Indonesia
pulih dari semua problema
hidup dalam jalan kebenaran-Mu
pancarkan terang kemuliaan-Mu
Kami tahu hati-mu
ada di bangsa ini