Hari ini, selasa 12 Mei 2015
Diajak sama ADP Kubu Raya sejak
minggu lalu utk APR.
Ketakutan ada di benakku
sebenarnya tp tetap kuniatkan untuk kejejakkan kaki ke tanah Lingga dalam. Saya
tidak tahu berenang dan kesana harus dengan sampan, pikirku bagaimana kalau itu
terbalik dsb seperti cerita mengenai Ridwan, salah satu THL mereka.. Tapi demi
masyarakat dan mau tidak mau saya harus belajar memberanikan diri karena itulah
bumi Kalimantan Barat dimana Tuhan memanggilku dengan kuat.
Awalnya pagi itu kami berencana
berangkat jam 12.00 agar tiba di gudang jam 13.00. Hampir saya tak jadi
berangkat karena semua kendaraan kantor terpakai, tapi karena saya menawarkan
motorku sehingga akhirnya berangkat bersama cici. Tapi mtorku harus diservis
dahulu karena baru 2 hari kuambil dari dealer (motor bekas yang kudapat dari
melalui bantuan sahabatku Debby). Singkat cerita kami baru mulai berangkat jam
12.30 dan tiba sekitar 13.30 di gudang. Di gudang ini kami harus naik sampan
untuk menuju ke lingga dalam menemui 130-an yang telah dijadwalkan untuk
ditemui pada pukul 1Di gudang ini kami harus naik sampan untuk menuju ke lingga
dalam menemui 130-an yang telah dijadwalkan untuk ditemui pada pukul 14.00.
kami terbagi dalam 2 tim. Yaitu tim gudang untuk 37 org anak dan tim lingga
dalam untuk 130 org anak.
Sayangnya turun hujan lebat.
Namun APR di gudang tetap dilanjutkan, dan kami tim lingga dalam harus menunggu
hujan agak reda agar tidak basah barang2 yang telah kami siapkan utk anak.
Padahal mereka telah menunggu sejak pukul 13.00. Kami bersama bapak
damianus-pemilik sampan yang kami sewa yang juga salah satu kader kemudian
menunggu sampai pukul 15.30.
Akhinya kami berangkat sekalipun
hujan masih rintik2. Yang ada dipikiran kami kasihan dengan anak2 yang telah
menunggu kami-karena ada beberapa diantara mereka yang harus naik sampan lagi
untuk menuju lingga dalam.
Untuk diketahui lingga dalam
hanya bisa ditempuh dengan perjalanan melewati air sungai. Kami melewati daerah
tsb selama 30 menit. Rasa takut ada dalam pikiranku apalagi ini adalah sungai
yang dalam---belum lagi kalau ada buaya (konon katanya tidak perlu disebutkan
kata buaya agar tidakmuncul) ditambah lagi saya tidak tahu berenang.
Sekali-kali sampan kami harus mati mesinnya, akupun tak tahu kenapa bisa
seperti itu. Sekali-kali muncul gelondongan kayu yang menabrak sampan kami (kebiasaan
masyarakat kayu yang akan mereka jual didistribusikan dari hutan melalui air
dan dirakit menjadi saling berhubungan disepanjang sungai). Aku juga membawa
pelampung yang kumasukkan dalam tasku namun karena malu tidak kupakai selama
perjalanan keberangkatan tersebut. Memang tidak bisa kusembunyikan rasa
takutku. Sampai2 teman2 mentertawakanku karena berulangkali kutanyakan tentang
buaya dan mereka melihat responku sepanjang perjalanan tersebut jika sampan
kami bergerak-gerak).
Akhirnya kami tiba pada pukul
16.00. Ternyata mereka masih menunggu kami. Senangnya hati ini bisa sampai.
Tidak hanya karena bisa melewati ketakutanku tadi, namun juga senang karena
antuasiasme masyarakat dan anak2. Walaupun ada beberapa anak yang telah pulang
dengan alasan lama menunggu. Tapi tidak apalah bagiku.
Kami tiba di sebuah gereja
katolik dan mulai melakukan aktivitas APR. Ada anak2 yang mewarnai, dibagikan
helm-yg pikirku untuk apa juga mereka dapatkan karena mereka menggunakan
transportasi sungai, mengisi form perkembangan mereka selama setahun dengan
didampingi agar tidak salah, ada juga yang mendapat celengan. Dan yang terakhir
mereka dibagikan snack bersama botol minuman. Semua aktivitas kami
terselesaikan pada pukul 18.30.
Sekarang saatnya pulang.
Ternyata sudah gelap. Awalnya
mesin kami sempat mogok, yang membuatku agak kuatir. Sambil bapak Damianus
menyalakan mesinnya kunaikkan doa kepada Sang Pemilik hidup untuk menyertai
perjalanan pulang kami. Sejak awal saya telah memakai pelampung untuk
mengurangi ketakutanku. Namun ketakutanku dengan buaya tetap menghantui karena
sudah gelap dan bapak Damianus seringkali mengarahkan senternya ke kiri, ke
kanan, ke depan, ke belakang sepanjang perjalanan kami. Kupikir menu yang empuk
bagi buaya bila kami bertemu. Tapi puji Tuhan kami bisa tiba di gudang pukul
19.00.
Setelah berpamitan dengan kader
di lingga dan berkemas-kemas kami berangkat jam 19.30 dan tiba di rumah makan
Chinese sebelum ke kantor Kubu Raya pukul 20.30. Kami tiba ke kantor dan
langsung pulang ke rumah. Rasa senang dan syukur kunaikkan bisa tiba di rumah
dengan selamat mengalahkan keletihanku di sepanjang hari itu. Dan baru
kusadari, saya tidak sempat mendokumentasikannya dalam foto walaupun kutahu
belum lagi kutahu kapan saya akan kesana. (Kata Noker-salah satu THL kami dia
sempat memanggilku sewaktu di sampan. Mungkin karena ketakutanku, saya sudah
tidak mendengarnya lagi)
Itulah kisah Lingga dalam, 120515
bersama Vonny Katuuk, Noker, ibu Kader, Bapak Damianus bersama anaknya.