Jumat, 07 Agustus 2015

Festival Praktik Cerdas: Kontribusi Peningkatan Indeks Peningkatan Manusia Kalbar

Berakhir sudah perhelatan akbar Festival Praktik Cerdas kerjasama Wahana Visi Indonesia dengan Bappeda Propinsi Kalimantan Barat yang dilaksanakan pada tanggal 04-05 Agustus 2015 di hotel Kapuas Palace, Pontianak. Kegiatan ini menampilkan praktik-praktik cerdas yang telah dilaksanakan di 11 Kabupaten Kota di Kalbar dan memberi dampak bagi anak, keluarga, dan masyarakat. 
Ternyata ada banyak praktik-praktik cerdas yang telah dikerjakan oleh masyarakat namun kurang diketahui oleh masyarakat luas.
Melihat video dari 11 kabupaten kota ini, ada rasa haru melihat bahwa bukan kebetulan Tuhan menempatkanku di kota ini dan punya andil berkontribusi dalam membangun dan mensejahterakan kota di mana aku telah "dibuang".
Kupikir hal yang sederhana, namun itu yang dibutuhkan untuk masyarakat di Propinsi ini. Mulai dari proyek : Membangun Jamban, sekolah yang berorientasi lingkungan, desa ramah anak dll. Proyek yang telah dan sedang dikerjakan namun memberi dampak besar bagi pembangunan kabupaten dan kota. Dari hasil polling diperoleh praktik cerdas terfavorit yaitu Karang Taruna dari Sambas. 
Karang Taruna ini, memberi dampak di desa mereka sejak didirikan beberapa tahun yang lalu. Pada mulanya dimotori oleh 3 pemuda kampung yang sedih melihat pemuda di kampungnya melakukan kegiatan negatif dan tidak punya kerinduan untuk sekolah. Sekarang Karang Taruna ini telah memberi dampak dalam menghasilkan 70  sarjana di kampung, program bantuan beasiswa, dll. Sehingga mampu merangkul banyak pemuda untuk melakukan kegiatan positif di desa mereka dan banyak yang bisa melanjutkan sekolah.
Bersyukur juga punya sahabat-sahabat sekaligus rekan sekerja yang punya komitmen bersama mengerjakan tugas ini. Membangun kabupaten kota se Kalbar.
Karang Taruna Pemuda Desa Kumpai, Kab. Sambas





Jumat, 19 Juni 2015

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa dari Landak

Hymne Guru

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru

Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku

Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku

Sbagai prasasti trima kasihmu tuk pengabdianmu

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan

Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan

Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa





Hampir semua orang mengetahui lirik lagu karangan Sartono yang populer di tahun 1980-an ini. 

Kesempatan mengunjungi daerah Sanggau untuk menjadi fasilitator tutor Pendidikan Dasar Usia Dunia (PAUD) membuat saya teringat tentang lirik lagu diatas. Lirik ini menggugah hati saya tentang makna pengorbanan yang sesungguhnya dari seorang guru ditengah maraknya berita yang kurang mengenakkan di bumi pertiwi akhir-akhir ini mengenai kekerasan yang dilakukan oleh "pahlawan tanpa tanda jasa".
Pertama kali bertemu dengan mereka ada kesederhanan dari penampilan dan bahasa untuk menyampaikan kata demi kata. Setelah ditelusuri, ternyata sebagian besar dari mereka adalah seorang ibu rumah tangga.
Bukan orang yang berpendidikan tinggi namun punya modal semangat dan ketulusan hati untuk mengabdi berbekal pelatihan yang diberikan oleh Wahana Pena Emas sebuah organisasi mitra dari Wahana Visi Indonesia yang berada di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. 
Salah seorang peserta bernama Ibu Rosita mengisahkan tentang pengalamannya membuat PAUD pada bulan Oktober 2014 diawali dengan 3 orang anak dan berpindah-pindah mulai dari di dalam rumahnya, halaman rumahnya, halaman gereja, dan akhirnya meminjam gedung desa yang tidak terpakai. Sekarang dia memiliki 27 orang anak siswa.Gedung desa yang tidak terpakai ini dipinjamnya karena melihat jumlah siswa mulai bertambah dan ada ruangan desa yang "menganggur". Dia memberanikan diri untuk meminjamnya, membersihkan, setelah minta sisa semen pembangunan untuk menutupi lantai yang berlubang.
Ada pula yang berkisah yang harus jalan kaki 30 menit untuk menuju gedung sekolah. Gedung PAUD tersebut berada di kawasan yang dekat dengan anak-anak agar mereka tidak kelelahan  dan mudah menuju sekolah tuturnya. Sehingga dia rela berjalan kaki untuk mengajar.
Motivasi mereka untuk membangun desanya, karena mereka menyadari bahwa anak-anak harus mendapat pendidikan layak dan usia tersebut adalah usia penting.Bersyukur untuk kesempatan ini melihat para pahlawan tanpa tanda jasa dari bumi "Adil ka talino, bacuramin ka saruga; basengat ka Jubata"

Kesusteran Laverna
Sanggau, 08-12 Juni 2015


Senin, 25 Mei 2015

TIDAK DIPERHITUNGKAN

Yoh 6:1-14
Banyak mujizat-mujizat penyembuhan yang telah dikerjakan oleh Yesus yang membuat banyak orang berbondong-bondong ingin mengikut Dia. Yang terdata mengikut Yesus saat itu ada kira-kira 5000 orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak-anak (ay.10) untuk mendengarkan pengajaran Yesus dan memerlukan penyembuhan (Luk 9:11). Masalah hadir ketika hari mulai malam, waktunya untuk makan malam-lagipula dalam versi Lukas 9:12 daerah ini adalah daerah yang sunyi. Tidak ada orang yang ingin kelaparan, bukan?. Agar orang yang banyak itu dapat makan, maka murid menyarankan Yesus untuk menyuruh orang banyak itu pergi ke perkampungan terdekat untuk masing-masing membeli makanan. Para murid juga tidak memiliki cukup uang untuk orang sebanyak itu (ay.7). Dari kumpulan orang yang hadir saat itu ada seorang anak yang memiliki 5 roti jelai dan 2 ekor ikan yang menurut hitungan matematika tidak akan mungkin cukup untuk orang sebanyak itu. Diluar dugaan, 5 roti jelai dan 2 ekor ikan mampu mengenyangkan semua orang yang ada saat itu bahkan setelah dikumpulkan potongan-potongan roti tersebut didapati kelebihan penuh 12 bakul.
Kuasa Tuhan bekerja ditempat itu sehingga 5 roti jelai dan 2 ekor ikan mampu mencukupkan kebutuhan 5000 orang laki-laki tidak termasuk perempuan dan anak-anak. Tuhan memakai seorang anak kecil ini untuk menjadi berkat bagi semua orang yang hadir saat itu. Apalagi dalam konteks saat itu, anak-anak belum bisa diperhitungkan keberadaannya.
Dalam konteks sekarang pun, masih ada paradigma yang berlaku di masyarakat bahwa anak-anak masih belum layak diperhitungkan untuk mengambil peran dan berkontribusi di lingkungan masyarakat. Tetapi Allah juga bisa memakai anak-anak untuk menyatakan kuasaNya.

Pada kesempatan mengunjungi Forum Anak di Kec. Sungai Ambawang, penulis melihat bahwa anak-anak bisa berkontribusi menyuarakan hak-haknya dan perubahan di lingkungan dimana mereka hadir melalui tulisan. Oleh seorang narasumber local yang adalah seorang penulis, anak-anak diajarkan untuk menulis hal-hal sederhana dari kehidupan mereka dan ditolong agar bisa dimuat di koran lokal. Merindukan agar mereka nantinya bisa menyuarakan hak-hak anak bahkan membagikan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka impikan terjadi di wilayah mereka masing-masing. Siapa bilang anak-anak tidak layak diperhitungkan?

DOA YANG DIGERAKKAN OLEH BELAS KASIH

Markus 9:35-38
Kitab Markus menceritakan sebuah kisah Yesus yang telah berjalan berkeliling semua kota dan desa. Ia telah mengerjakan banyak hal dalam perjalanannya mulai dari mengajar, memberitakan firman Tuhan serta melenyapkan segala penyakit. Dengan orang banyak tersebut tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala (ay.36). Yesus menarik kesimpulan bahwa tuaian banyak, namun pekerja sedikit dan mengajar murid-muridNya agar meminta kepada Tuan yang empunya pekerja untuk tuaian itu. (ay 37-38).
Ketika penulis mengunjungi beberapa daerah di Kalimantan Barat ada beberapa kebiasaan masyarakat setempat yang penulis temui tidak sesuai dengan standar kesehatan. Misalkan masyarakat melakukan aktivitas MCK di selokan, rumah yang tidak memiliki WC, minum air tanpa dimasak. Belum lagi masalah sosial lainnya seperti anak SD yang sudah ngelem, akses pendidikan yang sulit ditempuh oleh siswa, dll.

Selain memiliki belas kasih, Yesus mengajar murid-murid untuk berdoa supaya Tuhan hadirkan pekerja untuk tuaian itu kemudian pada akhirnya jika kita melihat bacaan selanjutnya Tuhan memilih dan mengangkat murid-murid untuk mengerjakannya. Mari berdoa supaya Tuhan hadirkan para pejuang dan mitra yang akan melanjutkan pelayanan kita dan juga membuka hati untuk menjadi jawaban doa atas isu-isu sosial di masyarakat wilayah dampingan. Kiranya setiap doa yang kita naikkan adalah sebuah pergumulan bersama masyarakat.
Untuk direnungkan.
Apakah Anda masih memiliki belas kasihan melihat masyarakat wilayah dampingan? 
Ataukah Anda hanya mengerjakan tugas organisasi ketika Tuhan menghadirkan Anda di suatu wilayah layanan?

Penggalan lagu Brikanku hati
Brikanku hati seperti hatiMu yang penuh dengan belas kasihan
Brikanku mata seperti mataMu memandang tuaian di sekelilingku
Brikanku tanganMu tuk melakukan tugasMu
Brikanku kakiMu melangkah dalam rencanaMu
Brikanku… Brikanku… Brikanku hatiMu

KEHADIRAN SAHABAT

Konon, menyenangkan ketika bekerja menjadi staf WaVI karena bisa traveling menjelajahi beberapa daerah di wilayah nusantara, bertemu masyarakat terlebih anak-anak dan melakukan perubahan-perubahan bersama masyarakat. Namun apakah pelayanan WaVI akan selalu berjalan mulus seperti melintasi jalan tol? Ternyata, dalam berproses melayani masyarakat dampingan, tidaklah seperti demikian halnya.
2 Kor 7:5-6
Dari kitab Titus dikisahkan tentang seorang tokoh Alkitab bernama rasul Paulus. Rasul Paulus dikenal sebagai seseorang yang sangat militan dalam melayani. Bahkan, rasul Paulus menjadi penulis ½ + 1 seluruh kitab dalam perjanjian baru. Ada banyak hal yang bisa dibanggakan dari tokoh ini. Namun ketika membaca bagian ini, ada hal yang menarik. Dikatakan : ”Ketika kami tiba di Makedonia, kami tidak beroleh ketenangan bagi tubuh kami. Dimana-mana kami mengalami kesusahan: Pertengkaran dari luar dan ketakutan dari dalam. Tetapi Allah, yang menghiburkan orang yang rendah hati, telah menghiburkan kami dengan……”
Bagaimana cara Allah menghibur??Bukan dengan jaminan kasihNya… bukan dengan  kehadiran Yesus. Tapi, dari bacaan ini dikatakan bahwa Allah menghiburkan kami  dengan kedatangan Titus. Ya, Titus dipakai Tuhan untuk menghibur rasul Paulus.

Ketika berada di Sekadau, penulis melihat rekan sekerja-staf WaVI-yang bekerja keras untuk melayani masyarakat dampingan. Namun rekan-rekan sekerja ini juga memiliki pergumulan masing-masing baik pergumulan dengan keluarga, pergumulan memiliki teman hidup, pergumulan relasi dengan lingkungan tempat tinggal, dll. Bahkan dalam beberapa kesempatan harus mengorbankan hari-hari libur untuk membangun wc dan sanitasi bersama masyarakat.
Ketika pergumulan demi pergumulan mulai datang, Tuhan menghiburkan kita dengan menghadirkan seorang sahabat. Bersyukur untuk sahabat-rekan sekerja yang Tuhan hadirkan di setiap wilayah layanan untuk mengiburkan ketika kesusahan mulai hadir.

Untuk para sahabat yang menghiburkan dari Sekadau.

MENJADI BERKAT BAGI SUKU BANGSA

Yeremia 1:4-8
Adalah tidak mudah bagi seorang Yeremia untuk menjadi nabi pada zaman tersebut. Ia bukan keturunan nabi, melainkan keturunan imam (ay. 1). Ia juga belum fasih berbicara sebab masih muda (ay.6) serta Ia harus memperingatkan bangsaNya akan penghukuman Tuhan di tiga zaman pemerintahan raja dimana tidak semua raja tersebut takut akan Tuhan. Tetapi Tuhan memanggil Yeremia ditengah segala keterbatasan yang dimilikinya untuk menjadi alatNya bagi bangsa Yehuda. Tuhan berkata bahwa Ia telah mengenal Yeremia sejak dari dalam kandungan dan telah menguduskannya serta menetapkannya menjadi nabi bagi bangsa-bangsa (ay.5). Yeremia juga harus pergi kemana saja Tuhan mengutus dan tidak perlu takut karena Ia akan menyertai (ay.7-8).

Sebagai staf WaVI, kita menyadari ada banyak keterbatasan kita. Ada beberapa suku bangsa di wilayah Indonesia, yang Tuhan anugerahkan kepada WaVi untuk dilayani. Tidak semua orang mudah untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan dan kebudayaan masyarakat setempat. Penulis menyadari benar bahwa setiap staf harus mencoba beradaptasi sedemikian rupa ketika Tuhan tempatkan di setiap wilayah layanan. Tetapi Tuhan memanggil setiap staf untuk menjadi berkat bagi suku-suku bangsa di Indonesia bahkan mungkin bangsa lain karena IA mengasihi semua suku bangsa. Dengan segala keterbatasan kita, Ia berjanji akan menyertai kita.
Sewaktu memasukkan lowongan kerja, penulis yang berasal dari pulau Sulawesi ini tidak pernah membayangkan akan ditempatkan untuk melayani di daerah Kalimantan Barat. Staf lainnya ada juga yang berasal dari Surabaya, Kupang, Jakarta, Medan, Bandung, dll tetapi Allah telah memanggil kami untuk menjadi berkat bagi kota ini.
Bersyukur untuk bagian Firman Tuhan yang menguatkan dan meneguhkan sehingga penulis mengambil keputusan untuk menjadi staf WaVI. Ia mengenal, menguduskan, menetapkan, memerintahkan dan juga akan menyertai penulis bersama seluruh staf mengerjakan pelayanan ini karena IA adalah ALLAH atas seluruh suku-suku bangsa.

Setiap kata perintah dalam firmanNya, selalu diikuti dengan kata penyertaanNya. Sehingga, dimanapun Anda melayani, peganglah janji penyertaanNya sebab Ia adalah setia.

“BERBICARALAH, SEBAB HAMBAMU INI MENDENGAR”

1 Sam 3:10
Samuel adalah seorang anak yang dibesarkan oleh imam Eli untuk melayani Tuhan (ay1.). Dimasa tua imam Eli, pada suatu malam Tuhan memanggil Samuel. Sampai tiga kali Tuhan memanggilnya (ay. 8) namun Samuel masih mengira bahwa imam Eli yang memanggilnya. Akhirnya imam Eli menyadari bahwa Tuhanlah yang memanggil Samuel dan mengajar Samuel jika Tuhan memanggilnya agar berkata: “Berbicaralah Tuhan, sebab hambaMu ini mendengar.” (ay.10). Wajar jika Samuel berespons demikian dalam bacaan ini. Alasannya karena pada masa itu Firman Tuhan jarang, penglihatan-penglihatan tidak sering (ay.1), dan firman Tuhan belum pernah dinyatakan kepadanya (ay.8).

Berbeda dengan keadaan Samuel saat itu, setiap staf WaVI melaksanakan devosi rutin setiap hari sebelum melayani masyarakat. Namun, devosi akan bisa menjadi rutinitas ibadah yang akan terasa hambar dan kepekaan untuk mendengar suaraNya menjadi tumpul jika hati tidak ditundukkan untuk mendengar FirmanNya dalam devosi tersebut.
Sewaktu menuliskan renungan ini, penulis sedang begitu bersemangatnya untuk mengerjakan survey di lapangan dan teman-teman juga sedang sibuk mempersiapkan bahan untuk reporting workshop regional Kalbar. Ada begitu banyak rencana yang sedang penulis telah persiapkan, sampai suatu hari dalam devosi staf, Tuhan mengingatkan penulis melalui bahan ini.
Untuk direnungkan
Ketika aktivitas pelayanan padat….
Ketika melaksanakan devosi setiap hari….
Masih segarkah Anda untuk peka mendengar suaraNya?
Sebelum mendengar firmanNya, berikan hati Anda kepadaNya dan berkata kepadaNya: “Berbicaralah Tuhan sebab hambaMu ini mendengar.”

Indahnya pelayanan ketika relasi kita makin intim dengan Dia!! 

Senin, 18 Mei 2015

Pertama kalinya: Naik Sampan tak terpublikasi

Hari ini, selasa 12 Mei 2015
Diajak sama ADP Kubu Raya sejak minggu lalu utk APR.
Ketakutan ada di benakku sebenarnya tp tetap kuniatkan untuk kejejakkan kaki ke tanah Lingga dalam. Saya tidak tahu berenang dan kesana harus dengan sampan, pikirku bagaimana kalau itu terbalik dsb seperti cerita mengenai Ridwan, salah satu THL mereka.. Tapi demi masyarakat dan mau tidak mau saya harus belajar memberanikan diri karena itulah bumi Kalimantan Barat dimana Tuhan memanggilku dengan kuat.
Awalnya pagi itu kami berencana berangkat jam 12.00 agar tiba di gudang jam 13.00. Hampir saya tak jadi berangkat karena semua kendaraan kantor terpakai, tapi karena saya menawarkan motorku sehingga akhirnya berangkat bersama cici. Tapi mtorku harus diservis dahulu karena baru 2 hari kuambil dari dealer (motor bekas yang kudapat dari melalui bantuan sahabatku Debby). Singkat cerita kami baru mulai berangkat jam 12.30 dan tiba sekitar 13.30 di gudang. Di gudang ini kami harus naik sampan untuk menuju ke lingga dalam menemui 130-an yang telah dijadwalkan untuk ditemui pada pukul 1Di gudang ini kami harus naik sampan untuk menuju ke lingga dalam menemui 130-an yang telah dijadwalkan untuk ditemui pada pukul 14.00. kami terbagi dalam 2 tim. Yaitu tim gudang untuk 37 org anak dan tim lingga dalam untuk 130 org anak.


Sayangnya turun hujan lebat. Namun APR di gudang tetap dilanjutkan, dan kami tim lingga dalam harus menunggu hujan agak reda agar tidak basah barang2 yang telah kami siapkan utk anak. Padahal mereka telah menunggu sejak pukul 13.00. Kami bersama bapak damianus-pemilik sampan yang kami sewa yang juga salah satu kader kemudian menunggu sampai pukul 15.30.
Akhinya kami berangkat sekalipun hujan masih rintik2. Yang ada dipikiran kami kasihan dengan anak2 yang telah menunggu kami-karena ada beberapa diantara mereka yang harus naik sampan lagi untuk menuju lingga dalam.
Untuk diketahui lingga dalam hanya bisa ditempuh dengan perjalanan melewati air sungai. Kami melewati daerah tsb selama 30 menit. Rasa takut ada dalam pikiranku apalagi ini adalah sungai yang dalam---belum lagi kalau ada buaya (konon katanya tidak perlu disebutkan kata buaya agar tidakmuncul) ditambah lagi saya tidak tahu berenang. Sekali-kali sampan kami harus mati mesinnya, akupun tak tahu kenapa bisa seperti itu. Sekali-kali muncul gelondongan kayu yang menabrak sampan kami (kebiasaan masyarakat kayu yang akan mereka jual didistribusikan dari hutan melalui air dan dirakit menjadi saling berhubungan disepanjang sungai). Aku juga membawa pelampung yang kumasukkan dalam tasku namun karena malu tidak kupakai selama perjalanan keberangkatan tersebut. Memang tidak bisa kusembunyikan rasa takutku. Sampai2 teman2 mentertawakanku karena berulangkali kutanyakan tentang buaya dan mereka melihat responku sepanjang perjalanan tersebut jika sampan kami bergerak-gerak).
Akhirnya kami tiba pada pukul 16.00. Ternyata mereka masih menunggu kami. Senangnya hati ini bisa sampai. Tidak hanya karena bisa melewati ketakutanku tadi, namun juga senang karena antuasiasme masyarakat dan anak2. Walaupun ada beberapa anak yang telah pulang dengan alasan lama menunggu. Tapi tidak apalah bagiku.
Kami tiba di sebuah gereja katolik dan mulai melakukan aktivitas APR. Ada anak2 yang mewarnai, dibagikan helm-yg pikirku untuk apa juga mereka dapatkan karena mereka menggunakan transportasi sungai, mengisi form perkembangan mereka selama setahun dengan didampingi agar tidak salah, ada juga yang mendapat celengan. Dan yang terakhir mereka dibagikan snack bersama botol minuman. Semua aktivitas kami terselesaikan pada pukul 18.30.
Sekarang saatnya pulang.
Ternyata sudah gelap. Awalnya mesin kami sempat mogok, yang membuatku agak kuatir. Sambil bapak Damianus menyalakan mesinnya kunaikkan doa kepada Sang Pemilik hidup untuk menyertai perjalanan pulang kami. Sejak awal saya telah memakai pelampung untuk mengurangi ketakutanku. Namun ketakutanku dengan buaya tetap menghantui karena sudah gelap dan bapak Damianus seringkali mengarahkan senternya ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang sepanjang perjalanan kami. Kupikir menu yang empuk bagi buaya bila kami bertemu. Tapi puji Tuhan kami bisa tiba di gudang pukul 19.00.

Setelah berpamitan dengan kader di lingga dan berkemas-kemas kami berangkat jam 19.30 dan tiba di rumah makan Chinese sebelum ke kantor Kubu Raya pukul 20.30. Kami tiba ke kantor dan langsung pulang ke rumah. Rasa senang dan syukur kunaikkan bisa tiba di rumah dengan selamat mengalahkan keletihanku di sepanjang hari itu. Dan baru kusadari, saya tidak sempat mendokumentasikannya dalam foto walaupun kutahu belum lagi kutahu kapan saya akan kesana. (Kata Noker-salah satu THL kami dia sempat memanggilku sewaktu di sampan. Mungkin karena ketakutanku, saya sudah tidak mendengarnya lagi)


Itulah kisah Lingga dalam, 120515 bersama Vonny Katuuk, Noker, ibu Kader, Bapak Damianus bersama anaknya.

Rabu, 29 April 2015

Kelompok Belajar Anak, Ds Pantok Nanga Taman, Sekadau


09-10 April 2015
Tgl 09 april berkunjung ke kelompok anak St.Lucia di kab. Sekadau ds. Pantok kec. Nanga tama. Jumlah anak ditempat ini kurang lebih 30 org. Mereka anak desa yang jg kurang mendapat perhatian terutama pendidikan karena akses kendaraan yg msh sulit. Orang tua mereka sebagian besar berladang karet dan jg tidak berpendidikan tinggi. Sehingga, di tempat ini mereka bisa belajar banyak hal.
Akses kendaraan ke daerah ini 6,5 jam dari kota pontianak dan harus ditempuh dengan motor.. Kerinduan mereka memiliki buku2 bacaan..
Ada beberapa proyek yg dikerjakan bersama masyarakat di daerah ini yaitu pembuatan jamban (sebgn besar blm memiliki) dan pipanisasi (utk air bersih). Seringkali tmn2 hrs menginap bersama masyarakat utk mendampingi mereka.
‪#‎salut‬ dengan tmn2 ADP sekadau yg mau mendampingi daerah ini.

Penyuluhan Narkoba, 24-25 Maret 2015

24 Maret 2015

Hari ini mengikuti penyuluhan narkoba untuk anak-anak kelas 4-6 SD di salah satu sekolah. Pesertanya kurang lebih 200 org dan anak-anak ini sulit untuk diam mendengarkan pemateri dari BNN, Puskesmas, dan ktr Polisi (maklumlah anak-anak SD). Ada pula yang berkelahi saat materi--salah satu kekacauan dari anak2 ini.

Baru saja di SD ini ditangkap 2 anak karena nge-lem. Banyak anak didaerah ini yang mengaku melakukan hal ini di sekolah mereka.
Rasanya tidak banyak yang bisa kami lakukan dan terlalu banyak pekerjan untuk generasi bangsa ini. Tapi setidaknya ada hal yang bisa kita perbuat untuk mereka. 

‪#‎anak‬-anak masa depan untuk Indonesia yang lebih baik.

25 Maret 2015
Penyuluhan bahaya narkoba di sekolah yg lain. Kali ini murid-muridnya lebih tenang dan teratur karena tim dr puskesmas, BNN, polisi, wvi lebih banyak dr kmrn. Kelas pun dibagi 2 bgn spy lebih mudah prosesnya. Dengan peserta 160 an org anak. Banyak jajanan murah di jajakan ternyata mengandung narkoba. Kata polisi ngelem jg menjadi brg yg murah bg anak2 krn patungan utk membelinya. Inilah secuil gambaran mereka penerus bgs ini kelak. Pedulikan mereka. 
‪#‎untuk‬ Indonesia yg lebih baik.



Kamis, 19 Maret 2015

Kisah ke Gunung Benoa

Hr ini mengunjungi gunung benoa-ADP Kubu Raya. Sekitar sejam perjalanan darat dgn kecepatan 80-100 km/jam. Anak2 di daerah ini tdk mendapat pendidikan yg layak. Tiap hr berjalan kaki 14 km pp utk sekolah tp gurunya hanya mengajar 3 jam. Untuk itu, masyarakat setempat membuat kelompok belajar di daerah ini. NampHr ini mengunjungi gunung benoa. Sekitar sejam perjalanan darat dgn kecepatan 80-100 km/jam. Anak2 di daerah ini tdk mendapat pendidikan yg layak. Tiap hr berjalan kaki 14 km pp utk sekolah tp gurunya hanya mengajar 3 jam. Masyarakat setempat membuat kelompok belajar di daerah ini. Anak2 ini, sekalipun jauh dan panas terik berjalan kaki tetap antusias utk belajar. Dengan tenaga pengajar hanya 4 org yg terdiri dari ibu rumah tangga, bangunan fisik seadanya, serta perlengkapan yg terbatas mereka mengajar 90 org anak. Kesempatan ini mengajak mitra meninjau daerah ini utk membantu mnjd tenaga pengajar. #160315

‪Sepenggal‬ kisah survey manajemen keuangan masyarakat menyusuri desa Lingga


Mengunjungi sebuah daerah di desa Lingga Kab. Kubu Raya menyeberang sungai.
Merasa bahagia melihat seorang ibu yang buta huruf tapi mau berjuang agar anak-anak di desanya bisa mendapat pendidikan yang baik dan mendapat pelayanan kesehatan.
Konon dulunya ibu-ibu seberang sungai "menggosipkan" bahwa anak-anak di desa mereka akan dijual keluar negeri namun ibu ini setia untuk memberi penyadaran kepada orang-orang di desanya.
Sekarang, di desa ini sekalipun beberapa orang tua mereka buta huruf namun anak-anak mereka bisa merasakan hidup yang lebih 
baik. Berharap anak-anak mereka akan mengubahkan keluarga mereka masing-masing dan desa ini...
#11 Maret 2015