1.
Pentingnya Alkitab bagi hidup kita.
·
Mat.4:4 :
·
Maz.119:105 :
·
Pengk.12:13 :
·
Yos.1:8 :
·
2 Tim.3:15-17 :
·
Ro.12:2 :
·
Maz.119:9-11 :
·
Maz.119:98-100 :
Kesimpulan:
Alkitab bukan sekedar pelengkap hidup, tetapi
merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan yang benar, berarti dan bernilai kekal.
2. Cara
mempelajari Alkitab
a.
Pentingnya sikap yang rendah hati, haus dan taat (Mat.5:3, 6;
Maz.32:9-10; Yoh.7:17). Rendah hati untuk dibimbing oleh Roh Kudus
secara pribadi maupun melalui tubuh Kristus.
b.
Perlunya metoda PA:
·
Karena Alkitab ditulis dalam konteks
sejarah, budaya, bahasa, gaya
penulisan dan sikon yang berbeda.
·
Metoda PA memperkaya kita dalam
membaca isi Alkitab, sehingga lebih hidup dan mengurangi rasa bosan.
Ada
berbagai metoda mempelajari Alkitab, walaupun tidak ada metoda yang sempurna.
Kita perlu sadari ada metoda yang lebih riskan/ berbahaya dibanding dengan yang
lainnya. Salah satu metoda yang telah menjadi berkat bagi banyak orang dan juga
lebih aman, yaitu PA Induktif.
APA ITU PA INDUKTIF?
PA induktif
menggunakan 3 tahap dalam menelaah Alkitab:
1.
Tahap Observasi (Pengamatan)
2.
Tahap Interpretasi (Penafsiran)
3.
Tahap Aplikasi (Penerapan)
PA Induktif
menggunakan pola scientific untuk
mencegah kesimpulan yang subyektif atau menyimpang. Tentu dengan sikap rendah hati
dan minta pertolongan Roh Kudus.
MENGAPA PA INDUKTIF?
Kalau dilakukan dengan
benar, PA Induktif memiliki beberapa kelebihan, a.l.:
1.
Lebih obyektif.
Penekanan pada apa yang dikatakan Alkitab daripada apa
yang dikatakan orang atau diri kita. Mengurangi bahaya subyektivisme dan
membantu dalam penafsiran agar lebih obyektif.
2.
Lebih aktif dan atraktif.
Menolong
kita menyelidiki Alkitab secara lebih aktif. Metoda ini juga menarik, karena menolong kita bukan hanya lebih
menghargai teks Alkitab tapi juga dalam melihat relevansi ajaran Alkitab bagi
hidup kita pada masa kini.
3.
Lebih jadi berkat.
Bagi diri kita dan orang lain yang kita layani atau
disekitar kita. Karena bukan hanya menekankan pada pengetahuan dan pengertian,
tapi juga pada penerapan (lihat: Yos.1:8; Yak.1:25). Ini sejalan dengan ajaran
Tuhan Yesus agar kita jadi pelaku Firman, bukan pendengar saja (Mat.7:24-27).
BAGAIMANA MELAKUKAN PA INDUKTIF?
PA Induktif dilakukan
dengan melakukan ketiga tahap itu secara sistimatis atau simultan dengan
seksama.
Tahap 1: OBSERVASI
(What does the
text say?)
Tahap pertama dari PA Induktif yaitu mencari apa yang
dikatakan oleh teks.
Proses ini seperti yang dilakukan oleh ilmuwan dalam mengobservasi sesuatu,
atau oleh seorang detektif dalam menyelidiki suatu kejadian atau kasus. Mereka
baru menarik kesimpulan setelah mengumpulkan semua data atau petunjuk secara
teliti. Sebab tanpa pengamatan
yang akurat, maka sulit menafsirkan secara akurat juga. Observasi adalah upaya
untuk melihat apa yang ditulis oleh penulis seteliti mungkin.
Prinsip
dan Cara Observasi Teks
1.
Baca teks beberapa
kali (paling tidak 3 kali). Get an overview!
Seorang
profesor berkata: “Our experience over many years in college and seminary
teaching is that many people simply do not know how to read well”
2.
Gunakan pertanyaan:
Sebagai permulaan kita
bisa gunakan pertanyaan 5W + 1H:
What? : Apa kejadiannya?
Apa yang jadi ide/ tema utama?
Where? : Di mana itu
terjadi? Di mana penulis?
Pembaca?
When? : Kapan itu terjadi?
Who? : Siapa saja yang terlibat? Siapa mereka? Siapa pemeran utama?
Why? : Kenapa itu
dilakukan/ dikatakan/ ditulis?
How? : Bagaimana itu
terjadi? Bagaimana keadaan pemeran utama? Penulis?
Pembaca?
3.
Perhatikan
(khususnya teks yang non cerita):
-
Kata-kata yang diulang
(repetition) atau dapat penekanan (emphasized)
-
Kata-kata penghubung: dan, tetapi, karena, karena itu, sehingga,
jikalau, supaya..
-
Kata kerja,
kata benda, kata pengganti.
-
Pemakaian ilustrasi, kutipan, kiasan, perumpamaan,
simbol,...
-
Gaya penulisannya: Langsung? Tidak langsung? Sistimatis?
Spiral?
Temukan:
Kata kunci (lihat dari kata-kata penting/diulang), kata-kata yang sama dan
yang tidak (kontras), sebab-akibat, alasan/ tujuan penulisan, tema utama.
Observation is the art of seeing
Semakin
cermat kita mengamati isi teks, semakin menolong kita dalam menafsirkan dan
memahami isi Alkitab. Karena Alkitab adalah tulisan yang diilhami Allah dan
merupakan salah satu pemberian yang berharga dari Allah kepada kita, maka
sangat layak bagi kita untuk mempelajarinya secara sungguh-sungguh.
Tahap 2: INTERPRETASI (What
does it mean?)
Interpretasi adalah upaya menafsirkan
apa yang dimaksudkan oleh teks. Maksud utama dari interpretasi adalah
untuk menemukan apa yang dimaksud oleh penulis dalam menuliskan itu kepada
pembaca pada waktu itu.
Seringkali ini merupakan tahap yang
tersulit dalam PA Induktif. Ada
banyak hal yang bisa menyebabkan kita salah menafsirkan teks, bahkan tanpa kita
sadari. Misalnya: sifat kita yang cenderung subyektif (beranjak dari
pengalaman atau pengertian yang kita miliki sebelumnya) dan cenderung
menyimpang (beranjak dari interes pribadi atau kelompok kita). Selain itu, juga karena sifat keberadaan
Alkitab yang begitu kompleks dan sangat berbeda dengan kita sekarang, baik
dari segi konteks penulisannya (bahasa, pengertian kata-kata, tata
bahasa, jenis tulisan), maupun sejarah dan budayanya pada waktu itu,
serta kondisi geografisnya (secara politis, geologi, botani dan
zoologi). Karena itu, untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan tulisan
dalam Alkitab, kita perlu perhatikan beberapa prinsip di bawah ini.
Prinsip Penafsiran
Alkitab
1.
Perhatikan jenis tulisannya (Genre)
-
Gaya penulisan
(Literary style): apakah tulisan ini berbentuk sejarah (narrative), surat
(epistle), puitik, nubuatan atau apokaliptik ?
-
Ekspresi penulisan (Literary
expression): apakah perumpamaan, alegoris, kata-kata
hikmat?
- Majas (Figure
of speech) : apakah itu antropomorfis, apostrop, eufemis, hyperbol,
hypokatastasis, idiom, meris,
metafor, paradoks, personafikasi, pertanyaan retorik, simile.
Jangan pukul ratakan semua bentuk teks di Alkitab. Alkitab terdiri dari berbagai bentuk tulisan. Setiap
jenis tulisan mempunyai karakteristik berbeda sehingga perlu ditafsirkan secara
berbeda juga. Jadi misalnya jangan sembarangan menafsirkan buku
puisi, nubuatan, sejarah, apokaliptik, surat,
kata-kata hikmat.
2. Perhatikan konteksnya :
a. Konteks budaya dan sejarahnya (Historical
context)
- Kapan itu di tulis? Apa konteks budaya dan sejarah
pada waktu itu?
Perhatikan political,
economical & religious background pada waktu itu.
- Isu budaya, sosial, politik, kerohanian apa yang perlu
diperhatikan? Kenapa?
Ini
berkenaan dengan pengertian kata-kata yang dipakai pada waktu itu. Informasi
ini biasanya bisa ditemukan dalam Alkitab itu sendiri, namun sering pula
dibutuhkan bantuan dari buku lainnya, seperti Ensiklopedia dan atau Kamus
Alkitab yang baik. Beberapa jenis Alkitab, seperti NIV Study Bible memberikan
sedikit informasi ini, demikian juga beberapa buku tafsiran.
- Konteks penulisan
(Literary context)
- Apa yang
penulis ingin katakan dan kenapa ia katakan tepat di sini?
- Bagaimana teks ini tepat dalam keseluruhan isi berita
dari buku itu?
Pada dasarnya, literary
context perlu diperhatikan karena kata-kata itu baru mempunyai makna di
dalam kalimat. Sebagian besar kalimat di Alkitab baru bisa kita pahami jika
kita memperhatikan kalimat sebelum dan sesudahnya (paragraf). Karena itu,
menafsirkan satu ayat lepas dari konteksnya bisa sangat berbahaya. Pertanyaan yang paling penting ditanyakan
untuk konteks: What is the point?
3. Pemahaman akan isinya (Content)
Ini berkenaan dengan arti kata-kata,
penggunaan tata bahasa, pemilihan kata-kata, istilah, ungkapan, atau simbol
yang digunakan. Di sini, Alkitab dengan berbagai terjemahan yang lebih akurat
sangat penting. Lebih baik lagi jika kita bisa mempelajari bahasa aslinya
(Hebrew, Aramaic & Greek). Contoh problema terjemahan: 1 Yoh. 3: 6,9.
Selain hasil observasi yang memadai dan akurat,
keterampilan kita menghubungkan, membandingkan data-data yang didapat sangat
penting untuk menafsirkan dan menyimpulkan dengan baik. Di sini kita perlu
belajar menggunakan pertanyaan secara terampil, baik untuk klarifikasi
maupun implikasi.
Pertanyaan
untuk klarifikasi:
Hal
ini dapat kita lakukan dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut: (Perlu
diingat bahwa tidak semua pertanyaan dapat diterapkan untuk setiap teks)
- Apakah bersifat harafiah atau
kiasan? Tafsirkan dengan tepat.
- Apa yang penulis
ingin katakan kepada pembaca?
- Apakah ia memberikan tafsirannya?
- Apakah ia tulis maksud dari penulisannya?
- Apakah dijelaskan bahwa ia memakai perumpamaan, cerita,
atau lambang?
- Apakah
penulis mengutip dari kitab lainnya dari Alkitab?
Darimana itu diambil dan amati konteksnya.
Mengapa penulis mengutip bagian Alkitab tersebut:
- Apakah ia ingin membuktikan sesuatu?
- Apakah itu menggambarkan satu kebenaran tertentu?
- Apakah itu mendukung argumentasi penulis?
- Kata-kata:
- Apa pentingnya kata-kata yang diulang itu?
- Apa makna dari kata
penghubung: Sebab akibat? Alasan? Tujuan? Kontras?
- Bagaimana pemakaian kata-kata penulis: Puitis?
Teknis? Simbolis?
- Kenapa cukup banyak pembahasan untuk hal itu atau orang itu ?
- Apa makna dari
kata-kata kunci / khusus yang dipakai?
Pakai alat bantu untuk lakukan word study.
- Perjelas setiap figures
of speech: Metafor, paradoks, personafikasi, hyperbol,
idiom, antropomorfis,... Apa maksudnya?
Gunakan
alat bantu (The tools):
Tidak
jarang dalam proses memahami isi dari teks dibutuhkan bantuan luar, seperti
buku tafsiran Alkitab yang baik. Hanya, gunakan sumber dari luar Alkitab,
jika kita tidak bisa menemukan jawaban
dari Alkitab itu sendiri.
Paling tidak ada 4 alat bantu yang dibutuhkan dalam
mempelajari Alkitab:
1.
Kamus atau Ensiklopedia Alkitab yang baik.
2. Bible
Handbook yang baik.
3. Terjemahan Alkitab yang baik.
- Tafsiran
Alkitab (Commentary)
perkitab yang baik.
Buku-buku
lainnya seperti Konkordansi, Lexicons, Lexicon aids, Grammars, Atlas,
juga sangat membantu untuk word study,
dll.
Pertanyaan untuk implikasi:
Setelah diperjelas semua isu-isu di atas, maka kita
perlu pahami:
- Apa implikasi dari setiap penemuan penting?
- Mengapa itu ditulis? Apa maknanya?
- Apa implikasi atau hasil yang
diharapkan dari tulisan ini?
4. Tafsirkan:
Hubungkan hasil temuan dari pertanyaan-pertanyaan ini.
Uji ulang sebelum menarik kesimpulan. Mana yang memiliki data pendukung yang
memadai dan mana yang tidak. Pikirkan secara kontekstual dan keharmonisan
secara keseluruhan. Penafsiran yang baik memperhatikan keharmonisan tafsiran
secara tekstual, kontekstual dan
keseluruhan isi Alkitab. Temukan:
-
Apa
maksud penulis menuliskan hal itu kepada pembacanya pada waktu itu.
-
Prinsip-prinsip
apa yang kita dapatkan dari bagian itu.
5. Konsultasikan:
Untuk
mengecek seberapa tafsiran kita tepat dan bisa dipertanggungjawabkan, maka
sebaiknya kita memeriksa hasil-hasil penafsiran kita dengan buku tafsiran yang
baik. Adakah hal-hal yang kita kurang teliti? Apakah ada yang kita salah
mengerti karena kekurangan informasi kita akan konteks budaya atau sejarah
waktu itu. Adakah kita overlook beberapa kata-kata penting
atau konteks penulisannya?
Hal-hal
yang perlu diingat:
·
Jangan memutlakkan apa yang tidak dimutlakkan Alkitab.
Misal: masalah waktu (tanggal, bulan, tahun, jam)
kedatangan Tuhan. Sebaliknya, jangan tidak memutlakkan apa yang Alkitab
mutlakkan. Misal: kepastian akan kedatangan Yesus yang kedua kali.
·
Hindari mengambil kesimpulan tanpa dukungan data-data yang memadai.
Contoh: bahasa lidah adalah tanda satu-satunya kepenuhan
Roh Kudus.
·
Jangan menafsirkan Alkitab lepas dari konteksnya.
Ingat akan pentingnya memperhatikan literary & historical context. Mis.: Luk. 9: 10.
Tafsiran yang benar juga pasti akan harmonis dengan
tafsiran Alkitab secara keseluruhan. Jika ada kontradiksi dengan bagian
lainnya, maka kita perlu meninjau ulang tafsiran tersebut. Ini
disebut prinsip keharmonisan Alkitab.
·
Banyak tulisan di PL baru bisa dimengerti melalui PB.
Demikian jugavsebaliknya banyak tulisan di PB tidak bisa
dimengerti tanpa kita mempelajari PL. Ini dikenal dengan prinsip pewahyuan
Alkitab secara bertahap (Progressive Revelation). Artinya Allah
menyatakan rencanaNya secara bertahap kepada manusia. Untuk memahaminya
dibutuhkan studi kedua perjanjian (PB dan PL). Contoh:
Kenapa Yesus disebut sebagai anak domba Allah?
·
Hindari penafsiran bersifat alegoris secara tidak tepat.
Misal: Tuhan Yesus masuk kota Yerusalem dengan menunggangi
seekor keledai. Atau Daud mengalahkan Goliat dengan lima batu. Penafsiran
secara alegoris bisa digunakan jika penulis/pembicara memang memaksudkan
demikian. Misalnya: Tubuh Kristus dan Kristus adalah
Kepala Tubuh.
·
Perhatikan bentuk majas, jenis tulisan dan pemakaian gaya bahasa.
Bersifat kiasan atau harafiah? Banyak kesalahan dalam
penafsiran terjadi karena kita tafsirkan secara harafiah, padahal itu bersifat
kiasan.
Contoh:
Mar. 9: 43-47 ; Luk. 14: 26,27.
·
Bedakan bentuk hukum dan prinsip.
Seperti perlunya membedakan isi dari bungkusnya.
Kesalahan dalam penafsiran karena tidak bisa membedakan hukum atau peraturan
dan prinsipnya juga sangat sering terjadi. Biarpun peraturan di Alkitab
biasanya dipengaruhi budaya dan sikon tertentu yang terus berubah, tetapi
prinsipnya bersifat kekal (tidak berubah). Contoh: Mengenai
Sabat. Peraturan akan hari Sabat dibuat untuk manusia, atau manusia untuk
Sabat?
·
Sekali lagi: hindari kekurangtelitian membaca teks.
Sehingga menghasilkan penafsiran yang salah. Misalnya: 1
Tim.6:10: Uang adalah akar segala kejahatan. Yak. 4: 13-14: Perencanaan itu
tidak perlu atau tidak disukai Tuhan.
Ada berapa buah Roh Kudus?
Tahap 3: APLIKASI (What does it mean to me/us?)
Pentingnya Aplikasi:
Aplikasi
firman Tuhan ke dalam hidup kita merupakan hal yang sangat serius. Kalau tidak maka bukan hanya
kita menipu diri kita sendiri, tapi juga akan sia-sia.
·
Berkat firman Tuhan baru kita alami dan hidup kita
baru berubah jika kita mentaati dan menerapkannya dalam hidup kita (Yak. 1:
22-24).
·
Tuhan Yesus juga berkata bahwa mendengar firman Tuhan tanpa melakukan
adalah seperti seorang yang bodoh yang membangun rumahnya di atas pasir (Mat.
7:24-27).
·
Selain itu, jika kita menerapkan firman Tuhan maka kita akan terhindar
menjadi orang Kristen yang munafik. Seperti halnya orang Farisi dan para ahli
Taurat (Mat. 23: 4,13, 27-28). Kita akan jadi batu sandungan bagi
orang lain.
Tujuan dari PA bukan untuk
observasi atau interpretasi, tapi untuk diaplikasikan
dalam kehidupan kita.
Prinsip & Ide Penerapan:
Hati-hati dengan penerapan yang keliru.
- Tahu saja belum menerapkan. Perasaan sudah menerapkan
padahal belum.
- Penerapan yang sekedar melakukan proyek.
1.
Penerapan yang baik harus
“inside-out.” Mulai dari kesadaran dan keyakinan, lalu ke sikap, perbuatan dan
tindakan, bahkan ada yang harus jadi
kebiasaan dan karakter.
2.
Penerapan yang baik memerlukan
keterlibatan seluruh keberadaan kita (pikiran, emosi dan kemauan). Pikiran
saja, atau emosi saja, atau kemauan saja tidaklah cukup, dan biasanya tidak
akan bertahan lama.
3.
Penerapan yang baik harus bersifat
jangka panjang(long term) .
Rasa cepat bosan dan putus asa merupakan musuh utama bagi
penerapan yang baik. Distraksi merupakan musuh besar lainnya yang harus
diwaspadai. Penerapan yang baik butuh konsentrasi yang penuh dan ketekunan.
4.
Penerapan yang baik tidak hanya bersifat individual, tapi komunal dalam
konteks keluarga, teman-teman dan gereja. Kelompok PA merupakan wadah ideal
bagi penerapan firman Tuhan. “Berdua lebih baik daripada seorang diri.”(Pengk. 4:9).
5.
Penerapan yang baik yaitu jika kita suka melakukan kehendakNya. Bukan
karena kewajiban, takut dihukum, atau karena mau berkat Tuhan saja.
Empat langkah dalam Penerapan:
1.
Kenali (Know): teks-nya, diri anda, dan dunia sekeliling anda.
2. Relasikan (Relate): dengan kehidupan anda, keluarga, gereja,
pekerjaan dan komunitas anda.
3. Renungkan (Meditate): secara serius firman Tuhan.
Pertanyaan Penolong
untuk meditasi:
- Apakah ada contoh bagi saya
untuk diteladani?
- Adakah pencobaan untuk berbuat dosa
yang harus saya hindari?
- Adakah janji Allah untuk
dipegang?
- Adakah
perintah Allah yang perlu saya taati?
- Apakah ada
kehendak Allah yang perlu kulakukan?
- Adakah persyaratan atau kondisi
yang harus kupenuhi?
- Adakah nilai-nilai, pandangan,
sikap, kebiasaan yang saya perlu berubah?
- Apakah ada teguran bagi saya
atas dosa, kesalahan di mana saya perlu bertobat?
- Adakah doa syukur atau pengakuan
dosa yang perlu saya naikkan?
·
Hal
apa yang saya pelajari dari bagian Alkitab ini
mengenai:
- Allah: Bapa,
dan Anak, dan Roh Kudus?
- KehendakNya
bagi saya, keluarga, gereja, negara, dunia?
- CiptaanNya,
dosa, pengampunan, pengudusan, iman, kasih dan pengharapan?
-
Pelayanan, pekabaran Injil,
pemuridan/pembinaan/pengajaran, misi, …?
Pikirkan langkah penerapan yang konkrit dan praktis.
4. Lakukan
(Practise): dengan sungguh dan tekun.
The principles found in a Bible
passage are to be lived, not just known and believed
Lokakarya :
PA induktif Narasi
: Rut 1
Outline
n Tragedi
yang dialami Rut di Moab (1-5)
n Naomi
dan keluarga mengungsi ke Moab (1-2)
n Naomi
kehilangan suami dan kedua anaknya (3-5)
n Naomi
dalam perjalanan kembali ke Israel (6-18)
n Naomi
menyuruh Rut dan Orpa kembali kepada keluarganya masing-masing (8-13)
n Orpah
pulang, tapi Rut tetap ikut Naomi (14-18)
n Naomi
dan Rut tiba di Betlehem (19-22)
Observasi
n Who?
Elimelekh, Naomi, Mahlon, Kilyon, Orpa, Rut, penduduk betlehem
n Where?
Moab dan Betlehem.
n Moab
berjarak sekitar 60 km dari Betlehem (lihat peta)
n When?
Pada masa-hakim-hakim memerintah atas Israel: pada masa kelaparan di Betlehem
hingga masa kelaparan tsb berakhir
Gunakan Outline :
Tips: 1. Gunakan
outline sebagai patokan
n Tragedi
yang dialami Rut di Moab (1-5)
n Naomi
dan keluarga mengungsi ke Moab (1-2)
n Naomi
kehilangan suami dan kedua anaknya (3-5)
n Pertanyaan:
n Mengapa
Naomi sekeluarga mengungsi ke Moab? ……….
n Apa
yg terjadi setelah mereka tiba di Moab? ………………
n Apakah
tujuan pengungsian mereka tercapai? …………..
n Naomi
dalam perjalanan kembali ke Israel (6-18)
n Naomi
menyuruh Rut dan Orpa kembali kepada keluarganya masing-masing (8-13)
n Orpah
pulang, tapi Rut tetap ikut Naomi (14-18)
n Pertanyaan:
n Mengapa
Naomi menyuruh Rut dan Orpa pulang?.................
n Mengapa
Rut dan Orpa bersikeras ingin ikut Naomi?..............
n Mengapa
Orpa akhirnya pulang sedangkan Rut tetap ikut Naomi kembali ke Israel?..........................................................................
n Bagaimana
penilaian kita terhadap keputusan Orpa? Rut?
Tips 2: Selidiki
hal-hal yang mengundang tanda tanya
a)
Istilah/ budaya yg asing
n Mengapa
Naomi bicara tentang kemungkinan (ketidakmungkinan) Rut dan Orpa menikah dengan
anak-anak yang mungkin (tidak mungkin) ia lahirkan lagi? (ay.11-13)
n Mengapa
Naomi ingin namanya diganti jadi ‘Mara’? (ay.20)
b)
Kata atau kalimat tertentu yg diulang-ulang
n ke
mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi,
n di
mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam:
n bangsamulah
bangsaku,
n Allahmulah
Allahku;
n di
mana engkau mati, akupun mati di sana
Rut 1:16-17
Interpretasi (5
P):
- Tetaplah
setia kepada perintah Tuhan dan percaya kepada pemeliharaan-Nya dalam
segala situasi. Jangan mengorbankan kesetiaan kepada Tuhan demi mencari
keamanan dan kenyamanan sesaat, karena apa yang dicari belum tentu
diperoleh sementara kesetiaan kepadaNya sudah terlanjur dikorbankan.
- Kasih
sejati ditandai dengan kerelaan untuk menomorsatukan kepentingan orang
lain: memberi diri tanpa didasari perhitungan untung rugi, dan bahkan rela
dirugikan demi orang yg dikasihi. Kasih yg mulia semacam ini yg perlu
dimiliki dalam relasi dengan orang lain.
Aplikasi :
- Bersyukur
- Bertobat
- Berbuat
- Berdoa
PENUTUP
Berkat rohani dari Alkitab tergantung pada usaha kita.
Semakin giat kita berusaha dalam membangun sikap rendah hati, haus dan taat,
semakin banyak berkat yang kita terima. Demikian juga semakin giat kita
berusaha menyelidiki isi Alkitab, semakin banyak yang kita peroleh. Semakin
giat kita terapkan, semakin jadi berkat. Karena Allah tidak menghargai ketidak
seriusan dan kemalasan kita, tapi Ia menghargai kesungguhan hati dan ketekunan
kita.
May those who sow in tears, reap with shouts of joy.
Those who go out weeping, bearing the seed for sowing shall come home with
shouts of joy,
Fee & Stuart,
How to Read the Bible
For All Its Worth (Grand Rapids: Zondervan, 1993), p.22.