Selasa, 06 Juni 2017

Surat seorang anak untuk ibu

Pontianak, 070617
Pagi ini dalam perjalanan menuju ambawang kumainkan jari jemariku untuk membuka facebook sambil sesekali melayangkan pandang ke jendela berharap bisa tiba sesegera mungkin karena perutku sedang tidak bersahabat dengan perjalanan ini.
Sambil sesekali tertawa kecil melihat postingan lucu di facebook kawan, melihat aktivitas rekan2 sekerja di kabupaten lain yang luar biasa mendedikasikan dirinya untuk anak-anak dan masyarakat. Tiba-tiba rasa penasaran pun menyeruak ketika membaca postingan ini.
Bulan 3, tanggal 8, hari Selasa. Ini adalah hari ibu.
Hari ini aku ingin berterima kasih pada mama, setiap hari sangat sibuk dan bersusah payah.
Awalnya, aku ingin bercerita pada mama, tapi sepertinya mama tidak begitu suka mendengar cerita ku. Terus menatap HPnya. Ini membuat aku sedih. Aku berpikir, mungkin dengan memberikan ucapan-ucapan selamat, mama akan lebih senang.
Jadi, aku mengucapkan selamat hari ibu pada mama, namun mama tetap saja melihat HPnya. Aku semakin sedih lagi. Alu berpikir, cara ini pun tak berhasil, aku coba memijat punggung mama.
Saat mulai memijat punggung, aku berusaha sekuat tenaga, tapi mama tetap saja mama melihat HPnya. Diwajahnya tak ada senyuman. Aku semakin sedih lagi, bersiap mencuci kaki mama ku.
Setelah mencuci kakinya, mama akhirnya tidak melihat HP lagi, hatiku sedikit senang. Aku berusaha mencuci sebaik mungkin. Setelah selesai, aku berharap mendapat sedikit pujian, namun mama malah mengatakan, 'hari ini cuci kakinya lumayan, disiram sedikit lagi sudah boleh." lalu mama keluar dari kamar, sebelum menutup pintu, tidak lupa ia mengatakan, 'jangan lupa menulis diari'.
Inilah cerita sedih ku melewati hari ibu."

Sedih namun inilah realita yang tulus diungkapkan seorang anak tetapi juga sudah menjadi hal yang lumrah di zaman ini.

Kita tidak bisa serta merta juga menyalahkan teknologi komunikasi karena zaman ini akan terus bergerak. Bagaimana kita menyikapinya? Pilihan ada di tangan Anda.