Di
wilayah layanan Wahana Visi Indonesia ADP Kubu Raya ada isu “keramaian” pada
masyarakatnya. Keramaian merupakan kebiasaan masyarakat wilayah ini, dimana
ketika ada pesta misalkan perkawinan dan pesta rakyat lainnya, maka pada
kegiatan tersebut ada dibuat untuk pasangan pria dan wanita berjoget bersama
dengan saling menempelkan tubuh mereka satu sama lainnya dengan diiringi musik.
Pesta ini akan berlangsung selama beberapa hari dan anak-anak pun menonton
joget tempel ini. Selain itu, ada juga kebiasaan yang mengikuti seperti judi,
minum tuak, dll.
Oleh
karena itu, maka ADP Kubu Raya melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan
melakukan beberapa kegiatan untuk membangun system perlindungan anak di
masyarakat. Salah satunya dengan mengadakan pelatihan Perlindungan Anak bagi
para kader di mayarakat yang telah dilakukan sebanyak 4 kali yang berisi
tentang pelatihan perlindungan anak mengenai UUPA dan KHA, pelatihan bagi
pelatih mengenai UUPA dan KHA, menjadikan organisasi yang ramah anak, serta
pelatihan Perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat. Dampak dari pelatihan
ini, para kader sudah melakukan kegiatan sosialisasi perlindungan anak di desa yang
di managemen oleh para kader sendiri di beberapa desa sehingga masyarakat
sendiri ada dalam kesadaran bahwa perlindungan anak harus diupayakan
bersama-sama oleh masyarakat sendiri dan juga semakin banyak orang yang
terpapar dengan hak anak di desa.
Penulis
beberapa kali mendapat kesempatan untuk hadir dalam kegiatan di wilayah layanan
ADP Kubu Raya dan Tuhan pertemukan dengan seorang Ibu bernama Katarina Irin
sejak awal pelatihan ini dibuat. Penulis bersyukur melihat perkembangan yang
signifikan dari Ibu Irin-nama sapaan akrabnya-melihat semangat beliau untuk
mensosialisasikan perlindungan anak di desanya.
Siapa
ibu Irin? Beliau seorang yang tidak berpendidikan tinggi yang sehari-harinya
melakukan pekerjaan ibu rumah tangga yang penampilannya sederhana dan belum
terbiasa untuk berbicara di depan banyak orang. Namun setelah dilatih menjadi
fasilitator perlindungan anak, maka akhirnya beliau sekarang mampu untuk
menjadi seorang fasilitator. Di kesempatan perdananya menjadi fasilitator
dengan didampingi penulis seringkali beliau terbata-bata dan meminta konfirmasi
dari penulis untuk hal-hal yang disampaikannya.
Sekarang,
sudah beberapa kesempatan penulis melihat Ibu Irin menjdi fasilitator dan udah
ada kepercayaan diri yang nampak ketika Ibu Irin memfasilitasi. Selalu Tuhan
memakai manusia biasa dalam membuat sejarah. Hanya butuh ketaatan untuk mau
dibentuk untuk menolong kita menjadi pribadi yang luar biasa. Melalui kisah
ini, penulis menjadi teringat dengan kitab Mat 25:21: “….engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu
tanggung jawab dalam perkara yang besar….”. Seorang ibu rumah tangga yang
mau belajar ini akhirnya menjadi fasilitator perlindungan anak didesanya bahkan
beberapa waktu yang lalu penulis melihat Ibu Irin telah menjadi aktivis
Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat dan mereka bersama-sama membuat
sebuah video perlindungan anak yang berjudul “film pendek patbm panogoh” yang
diupload di youtube.
Sebagai staf
Wahana Visi Indonesia, penulis bersyukur melihat perubahan yang ada di
masyarakat. Tuhan menjawab doa kita bersama di ADP Kubu Raya. “Doa kami untuk
setiap hati…” menjadi sebuah slogan organisasi yang bermakna bagi penulis.
Semoga visi organisasi “Visi kami untuk
setiap anak hidup utuh sepenuhnya, doa kami untuk setiap hati, tekad untuk
mewujudkannya” juga menjadi bermakna bagi Anda semua.