Senin, 18 Mei 2015

Pertama kalinya: Naik Sampan tak terpublikasi

Hari ini, selasa 12 Mei 2015
Diajak sama ADP Kubu Raya sejak minggu lalu utk APR.
Ketakutan ada di benakku sebenarnya tp tetap kuniatkan untuk kejejakkan kaki ke tanah Lingga dalam. Saya tidak tahu berenang dan kesana harus dengan sampan, pikirku bagaimana kalau itu terbalik dsb seperti cerita mengenai Ridwan, salah satu THL mereka.. Tapi demi masyarakat dan mau tidak mau saya harus belajar memberanikan diri karena itulah bumi Kalimantan Barat dimana Tuhan memanggilku dengan kuat.
Awalnya pagi itu kami berencana berangkat jam 12.00 agar tiba di gudang jam 13.00. Hampir saya tak jadi berangkat karena semua kendaraan kantor terpakai, tapi karena saya menawarkan motorku sehingga akhirnya berangkat bersama cici. Tapi mtorku harus diservis dahulu karena baru 2 hari kuambil dari dealer (motor bekas yang kudapat dari melalui bantuan sahabatku Debby). Singkat cerita kami baru mulai berangkat jam 12.30 dan tiba sekitar 13.30 di gudang. Di gudang ini kami harus naik sampan untuk menuju ke lingga dalam menemui 130-an yang telah dijadwalkan untuk ditemui pada pukul 1Di gudang ini kami harus naik sampan untuk menuju ke lingga dalam menemui 130-an yang telah dijadwalkan untuk ditemui pada pukul 14.00. kami terbagi dalam 2 tim. Yaitu tim gudang untuk 37 org anak dan tim lingga dalam untuk 130 org anak.


Sayangnya turun hujan lebat. Namun APR di gudang tetap dilanjutkan, dan kami tim lingga dalam harus menunggu hujan agak reda agar tidak basah barang2 yang telah kami siapkan utk anak. Padahal mereka telah menunggu sejak pukul 13.00. Kami bersama bapak damianus-pemilik sampan yang kami sewa yang juga salah satu kader kemudian menunggu sampai pukul 15.30.
Akhinya kami berangkat sekalipun hujan masih rintik2. Yang ada dipikiran kami kasihan dengan anak2 yang telah menunggu kami-karena ada beberapa diantara mereka yang harus naik sampan lagi untuk menuju lingga dalam.
Untuk diketahui lingga dalam hanya bisa ditempuh dengan perjalanan melewati air sungai. Kami melewati daerah tsb selama 30 menit. Rasa takut ada dalam pikiranku apalagi ini adalah sungai yang dalam---belum lagi kalau ada buaya (konon katanya tidak perlu disebutkan kata buaya agar tidakmuncul) ditambah lagi saya tidak tahu berenang. Sekali-kali sampan kami harus mati mesinnya, akupun tak tahu kenapa bisa seperti itu. Sekali-kali muncul gelondongan kayu yang menabrak sampan kami (kebiasaan masyarakat kayu yang akan mereka jual didistribusikan dari hutan melalui air dan dirakit menjadi saling berhubungan disepanjang sungai). Aku juga membawa pelampung yang kumasukkan dalam tasku namun karena malu tidak kupakai selama perjalanan keberangkatan tersebut. Memang tidak bisa kusembunyikan rasa takutku. Sampai2 teman2 mentertawakanku karena berulangkali kutanyakan tentang buaya dan mereka melihat responku sepanjang perjalanan tersebut jika sampan kami bergerak-gerak).
Akhirnya kami tiba pada pukul 16.00. Ternyata mereka masih menunggu kami. Senangnya hati ini bisa sampai. Tidak hanya karena bisa melewati ketakutanku tadi, namun juga senang karena antuasiasme masyarakat dan anak2. Walaupun ada beberapa anak yang telah pulang dengan alasan lama menunggu. Tapi tidak apalah bagiku.
Kami tiba di sebuah gereja katolik dan mulai melakukan aktivitas APR. Ada anak2 yang mewarnai, dibagikan helm-yg pikirku untuk apa juga mereka dapatkan karena mereka menggunakan transportasi sungai, mengisi form perkembangan mereka selama setahun dengan didampingi agar tidak salah, ada juga yang mendapat celengan. Dan yang terakhir mereka dibagikan snack bersama botol minuman. Semua aktivitas kami terselesaikan pada pukul 18.30.
Sekarang saatnya pulang.
Ternyata sudah gelap. Awalnya mesin kami sempat mogok, yang membuatku agak kuatir. Sambil bapak Damianus menyalakan mesinnya kunaikkan doa kepada Sang Pemilik hidup untuk menyertai perjalanan pulang kami. Sejak awal saya telah memakai pelampung untuk mengurangi ketakutanku. Namun ketakutanku dengan buaya tetap menghantui karena sudah gelap dan bapak Damianus seringkali mengarahkan senternya ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang sepanjang perjalanan kami. Kupikir menu yang empuk bagi buaya bila kami bertemu. Tapi puji Tuhan kami bisa tiba di gudang pukul 19.00.

Setelah berpamitan dengan kader di lingga dan berkemas-kemas kami berangkat jam 19.30 dan tiba di rumah makan Chinese sebelum ke kantor Kubu Raya pukul 20.30. Kami tiba ke kantor dan langsung pulang ke rumah. Rasa senang dan syukur kunaikkan bisa tiba di rumah dengan selamat mengalahkan keletihanku di sepanjang hari itu. Dan baru kusadari, saya tidak sempat mendokumentasikannya dalam foto walaupun kutahu belum lagi kutahu kapan saya akan kesana. (Kata Noker-salah satu THL kami dia sempat memanggilku sewaktu di sampan. Mungkin karena ketakutanku, saya sudah tidak mendengarnya lagi)


Itulah kisah Lingga dalam, 120515 bersama Vonny Katuuk, Noker, ibu Kader, Bapak Damianus bersama anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar