Masyarakat desa Remayan memang
tinggal di tepi sungai sehingga sudah sejak lama warganya memiliki kebiasaan
untuk buang air besar di sungai. Dalam melakukan pemicuan untuk mendorong
masyarakat membangun wc memang perlu usaha keras namun sabar karena disadarinya
merubah kebiasaan memang tidak mudah. Setelah memiliki wc sendiri dan merasakan
sendiri manfaatnya, beliau berharap masyarakat desa juga memiliki wc di rumah
masing-masing. Dulu, beliau mengakui sebenarnya sudah pernah putus asa karena
kesadaran masyarakat akan pentingnya WC rendah dan dikatakan sombong oleh
masyarakat desa namun karena didorong oleh staf WVI dan dukungan suami akhirnya
semangat itu tumbuh kembali. Namun sekarang desa Remayang telah terverifikasi
sebagai desa ODF, dimana semua rumah di desa sudah memiliki wc. “Terima kasih buat WVI, sekarang masyarakat
sudah enak buang air besar di wc”, ucapnya.
Ada dua kisah yang diingatnya
sewaktu memperjuangkan pembangunan wc bersama masyarakat desa. Salah satunya
adalah ketika ada masyarakat yang tidak memiliki lahan untuk membangun wc dan
ibu Jenna harus meminta izin lahan kepada pihak gereja dan akhirnya mendapat
persetujuan. Kisah lainnya adalah ketika salah satu rumah yang dihuni oleh
seorang nenek janda yang tidak dapat membangun wc karena usia. Beliau mengajak
masyarakat desa untuk bergotong-royong membangun wc di rumah tersebut. “seumur-umur ini tidak pernah saya nyangkul,
tapi supaya bisa ODF akhirnya nyangkul juga di rumah nenek janda itu ”,
sembari mengingat kisah tersebut.
“Gara-gara WVI tahu perlindungan anak. Dulu suka cubit dan maki-maki
tapi sekarang nahan-nahan diri. Sekarang juga lebih percaya diri dan berani”
ketika ibu Jenna menceritakan dampak lain yang dirasakannya setelah mengenal
WVI dan hal ini dibenarkan juga oleh salah satu anak ibu Jenna. Beliau berharap
pendampingan oleh WVI bisa tetap dilaksanakan karena masyarakat desa telah
merasakan manfaatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar