Jumat, 11 November 2016

Gereja dalam Transformasi Budaya

Ada banyak definisi budaya. Ada yang mendefinisikan kebudayaan sebagai alat ilahi, ada juga yang mengatakan bahwa budaya adalah inkarnasi agama. Ada banyak penafsiran tentang hal ini dan mungkin ada persetujuan maupun ketidaksetujuan terhadap hal ini. Namun perlu juga memiliki kerendahan hati penulis.
Penulis bertugas di Kalimantan Barat dengan keragaman suku diantara Melayu, Tionghoa,Madura dan Dayak. Ada satu musibah tahunan yang selalu dialami yaitu kabut asap. Asap tahunan ini memberi dampak bagi penerbangan, aktivitas masyarakat, bahkan ada beberapa staf kami yang mengalami gangguan pernafasan saat hal ini terjadi, dan dampak lainnya. Satu hal yang menarik perhatian penulis saat berkomunikasi dengan beberapa  orang tentang asal muasal penyebab kabut asap  tersebut, ada yang mengatakan bahwa sumbernya adalah penduduk local/masyarakat dayak yang punya kebiasaan untuk membuka lahan dengan membakar karena murah. Ada juga yang mengatakan bahwa perusaahaan sawit yang melakukan, dll. Pada satu kesempatan ada kegiatan kantor yang melibatkan BNPB wilayah Kalbar yang juga adalah orang Dayak yang mengatakan bahwa itu bukan kebiasaan orang Dayak. Ternyata suku dayak memiliki falsafah bahwa rumah mereka adalah hutan, sehingga tidak mungkin mereka akan membakar hutan yang adalah rumah mereka. Beberapa orang juga  membenarkan hal ini. Nilai-nilai yang dianut masyarakat dayak membentuk pola hidup dan kebiasaan mereka.
Yesus pun dibesarkan oleh kedua orang tua Yahudi dan hidup dalam tradisi masyarakat Yahudi yang sangat kental dengan tradisi dan aturan-aturan hokum Taurat. Di masyarakat Yahudi ada orang-orang Farisi maupun ahli-ahli Taurat yang taat dalam menjalankan aturan hukum Taurat. Namun seringkali kita mendapati Yesus berkonfrontasi dengan mereka. Misalkan larangan dari orang Farisi untuk memetik gandum di hari sabat ( Mat 12:1-2), dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang merawat musafir yang dirampok dalam perjalanan dalam Lukas 10:25-37, dikisahkan imam dan orang Lewi yang tidak mau merawat karena mereka akan melaksanakan ritual ibadah dimana tidak boleh menyentuh darah menurut adat dan kebiasaan masyarakat Yahudi saat itu. Yesus hadir memberi makna kepada tradisi masyarakat Yahudi tentang siapa yang sebenarnya sesama manusia dari perumpamaan ini.
Jauh sebelumnya pada zaman nabi Yesaya, Tuhan juga menegur umatNya yang melaksanakan ritual agamawi bahkan melakukan puasa dalam Yesaya 58:1-12.

Yes 58:1-12.
Ketika membaca kitab ini, umat Tuhan lupa bahwa hakikat puasa yang diinginkan Allah yaitu menegakkan keadilan (ay.6) dan membagikan berkat kepada orang lain (ay.7,10). Hal ini membatalkan kuasa Allah untuk menjawab doa mereka (ay 8-9,12). Yesaya diminta untuk menyerukan pertobatan ini kepada umat Israel. Dan pada akhirnya janji pemulihan Tuhan akan dikerjakan (ay 10-11).
Sebagai umat Tuhan yang Tuhan tempatkan disuatu wilayah.
Coba renungkan!
Sudah berapa lama gereja dan umat Tuhan hadir di wilayah kita masing-masing!
Sejauh mana gereja dan umat Tuhan melaksanakan ritual ibadah kita?
Namun sejauh mana juga gereja dan umat Tuhan berperan dalam melihat ketidakadilan di masyarakat (ay. 6) dan menjadi berkat bagi orang lain (ay 7,10)!

Bapak Agustinus Aurelius Asamani, sekretaris Dewan Paroki Yesus Gembala yang Baik dari Kalabahi Pantar dalam buku Kutitipkan Damai Untukmu yang diterbitkan oleh Wahana Visi Indonesia mengatakan bahwa  Yesus hidup dalam adat budaya Yahudi, tetapi Dia (Yesus) memberi nilai yang baru terhadap adat budaya Yahudi. Hal ini disampaikannya dalam lokakarya pengurangan belis. Ternyata, sudah 40 tahun budaya belis menjadi budaya yang memberatkan masyarakat Alor dan gereja sudah hadir selama 120 tahun di Alor namun seakan gereja tertidur tidak kuasa menahan kekuatan dendam dan perilaku buruk dalam masyarakat

Kutipan dari buku Transformasi gereja lokal dan masyarakat pada hlm 320 mengatakan bahwa
Gereja adalah jendela yang melaluinya tiap-tiap orang dalam masyarakat Anda melihat Allah dan kepedulianNya terhadap semua bidang kehidupan mereka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar